Sebelum menyimpan kembali biji kopi ke dalam rak, Yeona menghirup aromanya. Menyenangkan sekali. Aroma yang khas dan sedikit getir itu selalu berhasil membuatnya tenang setelah jam kerjanya usai. Hitung-hitung menenangkan diri sebelum ia kembali menjalani kehidupan dinginnya bersama Jaehyun.
"Minggu depan hari kasih sayang. Apakah ada makan malam romantis?" Taeyong muncul dari arah kamar mandi. Penampilannya begitu santai dengan kaos polo biru muda dan celana bahan berwarna putih.
Yeona berdecak kecil. Memasukkan kantung kopi itu ke dalam rak di bawah meja kemudian melepas ikat rambutnya. Ia menggerai rambutnya yang sejak tadi terikat, mengacaknya kecil kemudian menatanya.
"Daripada mengurus rumah tangga orang lain, lebih baik cari kencanmu untuk hari kasih sayang," balasnya dengan nada mencibir.
"Astaga, kenapa jadi marah?" Taeyong mengekor langkah Yeona yang tengah berjalan menuju ruang karyawan untuk mengambil tasnya. Ia menyandarkan bahunya di dinding seraya menatap Yeona yang sepertinya hendak menghubungi Jaehyun. "Hey, omong-omong bukan kah ulang tahun suamimu juga di hari kasih sayang? Aku tahu kado yang bagus untuk seorang pria."
Yeona memekik keras ketika merasakan sebuah tarikan di kerah kemeja bagian belakang. Ia diseret paksa oleh Taeyong, seolah ia adalah anak anjing yang dipaksa untuk menemani majikannya lari pagi.
"Taeyong, tunggu. Aku belum—"
"Sudah. Aku sudang bilang ke Jaehyun untuk menculikmu sebentar," potong Taeyong seraya bersenandung kecil. Ia tidak peduli dengan protesan Yeona yang mulai sesak karena kerahnya yang mencekik.
Dan di sini lah mereka lima belas menit kemudian, di sebuah toko jaket pria favorit Taeyong. Pria itu begitu bersemangat berputar-putar untuk mencari sesuatu yang menarik hatinya. Tentu saja dengan Yeona sebagai anjing kecil penurut di belakangnya.
"Jika ku lihat-lihat, Jaehyun sering sekali memakai jaket atau hoodie. Kau bisa menghadiahkannya. Apa warna kesukaannya?" tanya Taeyong, mulai menyibak deretan hoodie yang menurutnya cocok untuk Jaehyun.
Warna favorit, ya? Jujur Yeona tidak pernah bertanya tetang hal itu pada Jaehyun. Ah, sebenarnya semua hal tentang Jaehyun terasa samar menurutnya. Tentu saja, apa yang ia harapkan dari hubungan dingin pernikahan?
Yeona berusaha mengingat apa yang sering Jaehyun gunakan akhir-akhir ini. "Hitam?"
"Suram sekali," gumam Taeyong.
Bukannya pergi ke deretan jaket hitam, Taeyong justru beralih ke warna-warna terang yang begitu kontras dengan sosok Jaehyun. Ia mengambil sebuah hoodie berwarna kuning cerah kemudian memperlihatkannya pada Yeona. "Mungkin dia akan suka ini."
Kedua mata Yeona menyipit. "Bukan kah itu terlalu terang?" Bahkan baginya yang seorang wanita saja, itu terlalu mencolok mata.
Gadis itu menghela napas. Sebenarnya ia tidak pernah memikirkan apapun untuk kado Jaehyun. Bahkan di ulang tahun Jaehyun kali ini yang sudah keempat kalinya semenjak mereka bersama. Bukan karena ia tidak ingin. Ia hanya— err, tidak tahu apa yang harus ia berikan.
Jangan tanyakan tentang ulang tahunnya. Ia yakin Jaehyun bahkan tidak mengingat hari ulang tahunnya.
"Kehidupannya itu terlalu suram jika terus memakai hitam. Sesekali belikan dia yang berwarna."
Yeona melangkah menjauhi Taeyong yang terus mengoceh seolah ia adalah orang paling bijaksana di dunia. Ia pergi ke deretan warna-warna pastel kesukaannya. Ia menghela napas. Warna secantik ini pasti hanya akan menjadi simpanan jika ia berikan untuk Jaehyun.
Tangannya bergerak untuk mengusap bahan lembut hoodie-hoodie tersebut. Hingga tanpa sengaja, ia menemukan sebuah hoodie biru langit bercorak awan putih. Tak ada apapun di pikirannya, ia hanya tertarik dan menarik keluar hoodie itu dari deretan pastel.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fanfiction[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...