Semakin hari, Jaehyun semakin tidak mampu memahami dirinya sendiri. Fakta bahwa Yeona selalu membayangi hari-harinya membuatnya semakin kebingungan. Apakah ini pertanda bahwa ia mulai menyukai Yeona? Atau hanya bentuk keterbiasaan atas kehadiran seseorang yang setiap hari selalu ada?
Pria itu melangkah menuruni tangga, mengawali harinya dengan membuat kopi di dapur. Ketika ia melewati pintu belakang, tanpa sengaja ia melihat bayangan Yeona yang tengah memindahkan bunga-bunga miliknya ke tempat yang langsung terkena sinar matahari. Begitu sibuk seolah tak pernah sadar keberadaan suaminya yang berdiri memperhatikannya.
Jaehyun hanya bisa mengembuskan napas pelan sebelum kemudian beralih cepat ke rencana awalnya, membuat kopi. Lagipula, seharusnya ia tidak menaruh banyak perhatian pada Yeona.
Namun, semuanya itu hanya berakhir omong kosong. Ia kembali terpaku pada gerak-gerik Yeona dari balik jendela dapur. Sementara tangannya mengaduk cairan pekat di dalam cangkir, matanya tak lepas dari jemari lentik yang bergerak lihai mengatur pot-pot tanaman agar berjajar rapi.
Empat setengah tahun mereka menikah. Itu bukan waktu yang lama dan mereka masih berhasil bertahan sebagai orang asing. Miris sekali, padahal dalam waktu yang sama mereka bisa saja lebih dekat dari ini.
Lamunan Jaehyun buyar begitu saja ketika ponsel yang ia sakukan itu berdering. Ia letakkan cangkir kopi itu di meja kemudian beralih pada ponselnya. "Halo?"
"Halo, Jae. Bisakah kita bertemu? Ini permasalahan pelanggaran hak cipta laguku kemarin."
Jaehyun menjauhkan sesaat ponsel dari telinganya, menatap nomor asing yang rupanya milik Perrie Kim, salah satu artis yang membawakan lagu produksinya.
"Bukan kah masalahnya sudah selesai? Sudah tidak ada masalah, 'kan?"
"Ya, memang. Tapi, pemilik lagu itu meminta kita untuk bertemu."
Jaehyun memijat keningnya. Permasalahan musisi zaman sekarang itu hampir sama; mengaku bahwa terdapat kemiripan di lagu mereka. Dan pada akhirnya, produser lah yang turun langsung untuk mengklarifikasinya.
Derap langkah di belakangnya membuat Jaehyun sadar jika Yeona baru saja menyelesaikan kegiatan berkebunnya.
"Kapan?" tanyanya tanpa mengalihkan tatapannya dari jendela.
"Malam ini. Apakah bisa?"
"Hm, baiklah. Sampai jumpa nanti malam." Ia memutus sambungan itu kemudian menyimpan kembali ponselnya di saku celana. Sejenak ia terdiam sebelum menerima fakta bahwa ada pekerjaan dadakan malam ini. Malam akhir pekan yang sebelumnya sudah ia targetkan akan ia gunakan untuk menonton film.
"Siapa?" Yeona bertanya seraya mencuci tangannya di wastafel. Wajahnya tak menoleh sama sekali, seperti yang seharusnya.
Jaehyun juga tak berniat untuk membalikkan badannya demi menanggapi kehadiran Yeona. Ia hanya terdiam di tempat seraya menyeruput kopinya. "Perrie Kim," jawabnya singkat.
"Ah, penyanyi itu, ya. Itu berarti kau tidak makan malam di rumah, 'kan?"
"Iya."
"Okey."
Hanya seperti itu. Yeona kemudian berjalan santai menuju kulkas untuk menyiapkan bahan masakan. Tak memedulikan keberadaan Jaehyun di sana. Sama seperti Jaehyun yang kemudian melengos kembali ke kamarnya.
Terbiasa lah dengan sikap mereka yang sangat dingin satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fanfic[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...