Biar nyatu sama judulnya, coba deh sambil dengerin The Rainy Night-nya 127🥰
Yeona menatap nanar sekaligus kesal ke arah Jaehyun yang dengan sepihak membuat taksi yang ia tumpangi pergi. Pria itu seolah tidak memahami perasaannya saat dengan santainya ia menutup dan mengunci pagar dari dalam.
Tentu tanpa naungan payung hingga bajunya kini basah kuyup.
"Jaehyun, jangan bercanda! Kau pikir aku tidak lelah? Aku lelah, Jaehyun. Aku lelah menjadi penipu. Memaksa senyuman dan berakting bahagia itu butuh tenaga yang besar bagiku. Aku lelah!"
Jaehyun hampir saja menggiring Yeona masuk ke dalam rumah sebelum kemudian wanita itu menepis tangannya kasar. Tentu, pria itu ingin membicarakan ini baik-baik di dalam, namun wanita itu seolah memaksanya untuk menyelesaikannya di bawah hujan.
"Aku juga lelah dengan semua ini. Aku lelah berpura-pura tidak peduli padamu. Menahan diri untuk tidak memedulikanmu itu sangat sulit." Ia sedikit berteriak di antara riuh hujan yang tak kunjung reda.
Setelah melewati semua badai, akhirnya Jaehyun mengalah. Ia lepaskan semua keegoisannya di depan Yeona dan membawa wanita itu ke dalam pelukan basahnya.
Semula, wanita itu hendak menolak dan teguh pada pilihan awalnya. Namun, saat melihat betapa pria itu bersungguh-sungguh membuatnya lemah. Ia jatuh begitu saja di pelukan Jaehyun, bahkan tak peduli saat payungnya terlepas dari pegangannya hingga membuat tubuhnya ikut terhujam titik-titik hujan.
"Apa kau tidak pernah tahu, Han Yeona? Aku ingin melihatmu tersenyum untukku sekali saja. Karena itu aku selalu kirimkan bunga-bunga itu untukmu. Saat kau tersenyum pada bunga-bunga itu, saat itu lah aku anggap senyummu itu untukku. Maaf."
Yeona membeku. Bukan karena suhu tubuhnya yang menurun drastis karena hawa dingin di sekitarnya. Semua kata-kata yang Jaehyun utarakan saat ini lah yang membuatnya terpaku. Seolah semua kata-kata indah itu bukan dari seorang Jaehyun yang dingin.
Perlahan namun pasti, Jaehyun membawa tubuh Yeona semakin erat ke dalam pelukannya. Pria itu membungkus wajah basahnya di pundak sempit Yeona saat merasakan puncak sakit di ulu hatinya. Perlahan namun pasti pula, air matanya itu bersatu dengan basah langit.
"Aku juga ingin tindakan lembutmu pada pelanggan dan karyawan kafemu itu aku rasakan. Aku ingin merasakan hatimu. Aku selalu ingin kau tahu bahwa aku peduli padamu selama ini. Tapi, aku gagal, ya?" isak Jaehyun seraya meremas jaket bagian punggung milik Yeona.
Kedua tangan Yeona terkepal tanpa berani membalas pelukan Jaehyun. Semua penuturan itu terasa tak nyata untuknya. Entah dirinya yang terlalu bodoh atau memang Jaehyun yang membuat semua bukti terasa semu, ia benar-benar terkejut dengan pengakuan cinta itu.
"Jaehyun, jangan bercanda."
Jaehyun melepaskan pelukannya dengan enggan. Telapak tangannya yang beku itu kini menangkup kedua sisi wajah mungil Yeona. Ia tersenyum di antara tangis bisunya. Dengan lembut, ibu jarinya menyusuri sudut mata Yeona yang begitu indah baginya.
"Mata ini selalu mengeluarkan tangisnya di malam hari karena seorang pria brengsek yang ia panggil suami. Mata ini selalu sendu selama 5 tahun, aku melihatnya. Tapi, kenapa mata ini selalu pandai mengelabuhi orang? Bagaimana bisa mata indah ini membuat orang percaya bahwa kita bahagia, Yeona?"
Bibir Yeona menjebik, siap untuk ikut menangis namun ia tahan. Wanita itu menyentuh lengan tangan kanan Jaehyun dan menggenggamnya lemah. "Jaehyun."
"Mata ini." Jaehyun mengecup kedua mata Yeona bergantian. Ia menunggu wanitanya menatapnya kembali.
Itu dia tatapan yang ia tunggu!
Dengan yakin, ia tersenyum dan berkata, "Kedua mata ini mengatakan bahwa kau mencintaiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fanfic[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...