Hayoo, udah diingetin di chapter sebelumnya. Jangan apa anak-anak?
Pokoknya Re udah ingetin, ya. Ga boleh bandel nanti dicubit sama front man.
🔞🔞🔞
"Apa yang kau lakukan bersamanya?"Itu lah yang Jaehyun katakan sesaat setelah keduanya masuk ke dalam unit apartemen Yeona. Tentu dengan sedikit paksaan dari Jaehyun. Jika tidak, mana mungkin Yeona mau mempersilakan pria itu masuk?
Yeona hanya memutar matanya jengah. Menyimpan tas ranselnya di kamar sebelum kemudian pergi ke dapur untuk menghilangkan dahaganya. Namun, melihat Jaehyun masih berdiri di depan ruang tamu dengan tatapan tajam —yang sama saat memergokinya berpelukan dengan Kun— membuatnya semakin kesal.
"Kenapa kau jadi marah seperti ini?" tanyanya ketus seraya mengisi gelasnya dengan air dingin yang ia simpan di kulkas.
Jaehyun tak punya waktu untuk meredakan emosinya. Pria itu mendekati Yeona yang sibuk menegak air dengan santai. "Jangan balik bertanya dan jawab pertanyaanku!"
"Kau tahu kita sudah tidak bisa—"
"Aku masih suamimu dan kau masih istriku. Aku berhak untuk tahu apa hubunganmu dengan Kun."
Yeona membanting gelas kosongnya ke dinding hingga pecah berkeping-keping. Dengan tatapan yang sama tajamnya, ia membalas tatapan Jaehyun. Rahangnya mengeras. "Kau berharap kami memiliki hubungan seperti apa? Jawaban apa yang kau harapkan agar kau lega?"
"Itu bukan jawaban."
"Karena itu aku bertanya padamu—"
Jaehyun mengguncang kencang pundak Yeona. "Just fucking answer me!"
Alis Yeona yang semula menukik tajam itu perlahan kembali normal. Ia sadar dari cara Jaehyun membentak dan menatapnya ini sudah tidak benar. Melihat urat yang menonjol di leher Jaehyun juga asap yang mengepul di puncak kepala itu membuat Yeona yang semula memiliki keberanian untuk melawan itu terdiam.
"Han Yeona!"
Yeona terkesiap menerima teriakan yang kesekian kalinya. Ia menelan ludahnya, tak memiliki kemampuan untuk menjawab maupun membalas tatapan Jaehyun lagi. Ia bahkan tak pernah melawan saat tubuhnya dipojokkan ke sudut pantry.
"Tidak mau menjawab, huh?" Salah satu pipi Jaehyun menampilkan lubangnya saat sang pemilik tersenyum miring.
Yeona masih menunduk. Tangannya yang gemetar itu meremas kuat sisi pantry di belakangnya. "Jaehyun, ku mohon jangan seperti ini," cicitnya dengan suara bergetar.
"Then, jangan menyulutku, Yeona," geram Jaehyun, masih dengan kedua tangan yang meremas kuat pundak milik Yeona.
Remasan tangan Yeona pada sisi pantry semakin kuat tatkala sang pria semakin mengintimidasi. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi semencekam ini. Dadanya yang sakit membuat napasnya berantakan.
Melihat kecemasan Yeona, cengkeraman tangan Jaehyun melonggar. Pria itu membawa dagu Yeona untuk mendongak. Ia masih ingat betul rahasia yang ayahnya berikan padanya malam itu.
"Ucapan bisa saja dimanipulasi oleh otak sehingga apa yang dikatakan adalah tipuan. Namun, tatapan tidak bisa. Tatapan adalah sisi yang otak tak dapat manipulasi dengan mudah. Jika benar dia mencintaimu, tatapannya akan mengatakannya padamu."
Jaehyun menatap dalam ke arah kedua mata yang bergetar. Benar, tatapan itu mengatakan padanya bahwa sang gadis tengah ketakutan. Emosinya memudar hanya dengan melihat bagaimana mata indah itu menciptakan genangan di pelupuk mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fiksi Penggemar[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...