"Kau tidak pulang untuk istirahat? Aku akan jaga Jaerin di sini, kau tenang saja."
Taeyong menyilangkan kedua kakinya di atas sofa seraya menatap Jaehyun yang tetap setia duduk di samping Jaerin. Gadis itu belum siuman dan Jaehyun nampaknya tak bosan menunggu kakaknya bangun dari tidur panjangnya.
Kepala Jaehyun tertoleh ke belakang, melirik Taeyong yang masih menampakkan ketidaksukaannya padanya. "Yeona tidak kemari?"
"Masih saja, ya? Berhenti menjadi pria menyedihkan dan tetap lah menjadi Jung Jaehyun yang berhati dingin. Kau hanya akan menyakitinya untuk yang kedua kalinya jika terus mengejarnya seperti ini."
Pria yang lebih muda itu terkekeh hampa. Dengan hati-hati, ia letakkan tangan Jaerin yang semula ia genggam ke atas perut rata itu. Ia bangkit berdiri dan menghadap ke arah Taeyong.
Ia paham mengapa Taeyong begitu peduli dengan Yeona. Memang benar mereka adalah sahabat sejak kecil, namun kedekatan batin itu semakin nyata tercipta semenjak ayah Yeona tiada. Yeona sendiri pernah bercerita padanya jika Taeyong selama ini berperan sebagai kakak laki-laki sekaligus ayah untuknya.
Jadi, ia tidak pernah heran jika Taeyong selalu keras padanya semenjak tahu bahwa selama ini kemesraannya dengan Yeona hanya sebuah drama. Karena Taeyong kini ditempatkan di posisi istimewa oleh Yeona dan ia hormati itu.
"Aku tidak sedang mengejarnya, Hyung. Aku hanya ingin menjelaskan sesuatu padanya. Sesuatu yang tidak pernah ia tahu dan aku pun tak pernah tahu. Ada yang perlu diurai di sini. Perkara nantinya kita berpisah, setidaknya dia harus tahu fakta bahwa aku pernah jatuh cinta padanya."
Bola mata Taeyong berputar mendengarkan untaian kalimat Jaehyun. "Brengsek ini," gumamnya seraya berdecak frustasi.
Dari cara Taeyong bersikap, Jaehyun tahu jika ia memang tidak layak menghadapi Taeyong. Terlepas dari harapannya bahwa ia akan mendapat secercah informasi tentang Yeona, ia paham jika Taeyong begitu membenci dirinya.
Mungkin, jika memang takdir merestui, ia akan dipertemukan lagi dengan Yeona.
"Kalau begitu, aku pulang dulu, Hyung. Aku titip Jaerin Noona." Ia beri jeda sejenak sebelum kemudian melanjutkan, "Dan Yeona."
***
Bertemu dengan Jaehyun mungkin adalah mimpi buruk bagi Yeona. Tapi, bertemu dengan orang tua Jaehyun jauh lebih kacau.
Di pagi hari, sesaat sebelum dirinya memutuskan untuk kabur saat Jaerin bilang orang tuanya baru tiba dari Shanghai dan akan segera tiba, kedua mertuanya itu datang dan memergokinya. Memang benar orang tua Jaehyun dan ibunya belum tau tentang retaknya hubungannya dengan Jaehyun. Namun, ia tidak siap untuk menghadapi ketiga orang yang menjadi target penipuannya itu.
"Tidak bersama Jaehyun, Nak?" Pada akhirnya, pertanyaan terkutuk itu keluar juga dari bibir sang Ibu.
Yeona bungkam, ia tidak menyiapkan jawaban apapun dari semalam. Ia kira ia berhasil kabur dari siapa pun yang berhubungan dengan Jaehyun. Rupanya hari ini adalah hari sialnya.
Taeyong pun nampaknya tidak punya kapasitas untuk menjawab pertanyaan itu. Ia hanya bungkam dengan kepala yang terus berputar membantu mencari jawaban untuk Yeona.
"Dia akan datang sebentar lagi, Bu. Mereka memang sengaja berpisah karena jadwal kerja mereka bertabrakan," ujar Jaerin kemudian dengan nada lemahnya. Ia adalah orang paling peka terhadap situasi di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fiksi Penggemar[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...