Jaehyun seperti orang kesetanan saat tiba di apartemen Perrie Kim. Pria itu terlihat berada di puncak amarahnya dengan wajah yang sempurna memerah. Dengan bar-bar, ia memukul bel pintu itu berulang kali. Tak peduli dengan telapaknya yang mungkin terluka, ia menggedor pintu kokoh itu.
Tak beberapa lama, pintu itu terbuka dan menampilkan Perrie Kim yang terlihat terkejut. "Jaehyun."
Pintu itu terdorong keras hingga terbuka lebar oleh Jaehyun. Diambilnya tangan mungil Perrie dan mencengkeramnya sangat kuat. "Jelaskan semuanya, apa maksudnya?" geramnya.
Cengkeraman tangan itu membuat Perrie meringis kecil. Sangat menyakitkan, bahkan ia bisa merasakan sebentar lagi tulangnya remuk. "Jaehyun, aku bahkan tidak mengerti—"
"Kau mengerti, Perrie!" Jaehyun meraup udara banyak-banyak hingga memenuhi paru-parunya. Sesak itu menyiksanya, hingga membuatnya harus sesekali memukul dadanya kuat.
"Apa maumu, huh? Kau mau menghancurkan rumah tanggaku? Menghancurkan karierku yang sudah kubangun susah payah selama bertahun-tahun? Kau gila!"
"Ya, aku gila!" Perrie Kim menyahut dengan cepat. "Aku gila karena aku tahu aku tidak pernah bisa mendapatkanmu."
Jaehyun terdiam sesaat. Ia membiarkan gadis itu menuntunnya untuk semakin masuk ke dalam apartemennya. Bahkan ia tidak pernah sadar kapan gadis itu mengunci pintu di belakangnya.
"Kau jahat, Perrie. Bagaimana kau bisa melakukan itu?" lirih Jaehyun saat mereka tiba di ruang tamu.
Perrie menatap sendu ke arah Jaehyun. Jemari panjangnya itu mengusap perut datarnya, berusaha menarik atensi Jaehyun yang entah kemana saat ini. "Memangnya salah jika aku meminta pertanggungjawaban atas kehamilanku? Kau juga jahat di sini. Kau membuatku menderita tanpa pernah kau tahu."
Tatapan tajam Jaehyun mengarah pada perut Perrie. Ia mendengus keras kemudian menggeleng. "That's not my baby."
"Sampai kapan kau akan—"
"That's not my baby and I don't think that I have to take the responsibility to marry you!" Jaehyun membentak Perrie keras. Jika saja Perrie bukan wanita, ia sudah layangkan kepalan tangannya itu ke mulut manis itu.
Mendapat gertakan itu membuat Perrie menciut. Wajahnya berubah muram. "Jika bukan kau, siapa? Aku yakin kau tidak pernah lupa malam itu, Jaehyun."
Ya, malam itu, Jaehyun ingat. Malam di mana agensi yang menaungi Perrie Kim menggelar pesta bersama tim produser rekaman miliknya. Seperti layaknya sebuah pesta, ada acara minum di dalamnya dan Jaehyun yang peminum sejati tidak pernah menolaknya.
Beberapa saat kemudian, banyak tim yang sudah mabuk dan satu persatu meninggalkan kedai. Termasuk Jaehyun yang sudah pasti buru-buru pulang karena ia tidak mau seseorang mengkhawatirkannya di rumah.
Saat itu sudah hampir tengah malam. Ia masih dalam kondisi setengah sadar saat melihat Perrie Kim tengah berjuang menghindari mantan managernya yang menggerayangi tubuhnya. Sebagai seorang yang mengenal Perrie Kim, ia menyelamatkan gadis itu dari mantan manager gilanya itu.
Singkat cerita, Perrie Kim tidak mau pulang ke apartemennya karena ia yakin pria gila itu pasti menguntitnya. Alhasil, keduanya menyewa satu kamar di sebuah motel terdekat. Awalnya Jaehyun berpikir bahwa kamar itu hanya untuk Perrie. Namun, entah ia terlalu lelah atau terlalu mabuk, ia tidak sadarkan diri di kamar itu.
Ia berani bersumpah jika ia tidak berpikir untuk melakukan apapun dengan Perrie saat itu. Namun, di pagi hari, seperti tersambar sebuah petir, ia menemukan dirinya sendiri telanjang di bawah selimut. Begitu pula dengan Perrie yang berkondisi sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fanfic[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...