Kinda🔞 be careful
Jaehyun terbangun dengan sedikit sentakan. Pria itu mengatur napasnya setelah melalui mimpi yang— err, panas.
Bagaimana bisa ia bermimpi tentang seorang gadis yang menggodanya semalaman. Yang masih ia ingat dengan jelas adalah ketika gadis itu berbisik di telinganya, "Aku suka hoodie itu di tubuhmu. Tapi, aku lebih suka melihatmu tanpa hoodie itu." Lalu, setelah itu, gadis itu melepaskan hoodie-nya dan meraba setiap inci tubuhnya.
Dan tidak perlu ditanyakan lagi, siapa gadis itu.
Jaehyun mendesah keras seraya menutup matanya dengan lengannya. Paginya sungguh sangat buruk. Ia belum sempat melihat lanjutan mimpi itu. Ia tidak bisa melihat apa yang terjadi setelah gadis itu melepaskan satu persatu pakaiannya di pangkuannya.
Salah satu tangan Jaehyun mengarah pada sesuatu yang masih mengeras di balik selimut. Ia terlalu malas untuk bangkit dan menuntaskan di kamar mandi. Jadi lah ia mulai mengusap benda itu, memberikan rangsangan hingga ia menggelinjang di atas ranjang.
Bohong jika ia tidak tertarik dengan Yeona sama sekali. Apalagi ketika gadis itu tanpa sengaja terlihat olehnya memakai gaun tidur tipis di malam hari. Oh, bisakah jari jemarinya itu menyingkirkan tali gaun tipis itu agar ia bisa menuntaskan mimpinya yang terpotong itu?
Kepalanya mendongak saat dengan sengaja ia menggelitik lubang kecil di ujung sana. Bibirnya terbuka kecil, meloloskan desahan resah beserta hasrat menggebunya di pagi hari yang begitu cerah ini.
"Jaehyun. Apa kau sudah bangun?"
Suara nyalang Yeona dan ketukan di pintu kamarnya membuat Jaehyun gelagapan menarik selimutnya hingga leher. Ia mengerjap kecil, seolah baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu.
Padahal nyatanya pintu kamar itu ia kunci dari dalam dan tidak mungkin bagi Yeona untuk mengetahui apa yang tengah tangannya kerjakan tadi.
"Ada apa?" tanyanya seraya menatap ke arah pintu.
"Kau belum siap?"
Jam memang sudah menunjukkan pukul 8. Sudah seharusnya mereka berangkat. Namun, teman kecilnya itu tidak mengizinkannya untuk bergerak cepat pagi ini. "I—itu."
"Aku berangkat sendiri saja kalau begitu."
Ia menoleh cepat ke arah pintu. Hampir saja ia bangkit membukakan pintu dan mengatakan bahwa ia akan segera bersiap dan mengantarkan Yeona ke kafe. Tapi, dengan kondisi telanjang dada, celana yang melorot, dan penis yang menegang? Yang benar saja!
Ketika ia mendengarkan suara pintu depan terkunci, Jaehyun mendesah lega. Entah untuk apa. Yang pasti dengan kepergian Yeona, ia bisa menuntaskan—
"Oh, buddy! No, no, no! Jangan seperti ini," erangnya pada kejantanannya sendiri yang mulai hilang antusiasmenya. Ia menghempaskan kepalanya ke bantal dengan mengerang keras.
Bukannya mendapatkan kepuasan pagi ini, justru kenikmatan itu kembali urung di tempatnya semula dan membuat satu harinya nanti menjadi buruk.
***
Well, yeah! Hari Jaehyun memang menjadi sangat buruk hari ini. Ditambah dengan jadwalnya hari ini yang mengharuskannya untuk bertemu dengan Qian Kun, pria yang saat itu ia lihat menggoda istrinya.
Oh, tidak! Ia tidak cemburu, tidak. Ia hanya merasa bahwa posisinya sebagai suami di sini dilanggar.
Lagu produksinya kini tengah dinyanyikan dengan sangat merdu di balik ruang rekaman oleh Kun. Suaranya sangat cocok untuk lagu yang ia ciptakan bersama Johnny dan Yuta. Namun, rasa dongkolnya menutup semua kenyataan itu. Dengan sengaja ia menghapus rekaman suara Kun dan sengaja mengulang-ulang bagian nada tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS A LIE - Jung Jaehyun ✔
Fanfic[Finished - Bahasa Baku] Ini tentang kita yang tidak pernah peduli dengan keberadaan kata 'sia-sia', tak acuh, dan berakhir saling menyakiti. "Jadi kita berhenti di sini, Han Yeona?" - Jung Jaehyun "Ya. Aku harap tidak ada lagi 'kita' di masa depan...