03

19.3K 2.5K 91
                                    

“Jika kita menginginkan hal baik dalam hidup, maka kita juga harus siap dengan hal terburuknya.”

.

.

.

Tiba-tiba foto diriku bersama Nanda di depan klinik mewah menjadi topik pembicaraan seisi kampus setelah seorang anonim mengunggahnya di forum Gift Today.

Aku mengulir layar ponsel untuk membaca komentar-komentar yang terus membanjiri foto dan menaikkan rumor itu menjadi topik nomor satu yang paling panas di bicarakan.

Nanda udah gila kali ya, mau-maunya di deketin anak itu.”

“Ya kali Nanda mau deket sama tuh anak, pasti anak itu yang ngebet deket sama Nanda.”

“Jangan-jangan dia di sponsori! Nanda sugar mommy?”

“Terus gimana sama Arka? Bukannya mereka pacaran?”

“Gue udah curiga sih waktu Nanda duduk di sampingnya di kelas pak Juna.”

Dan yang lebih parah adalah ketika seseorang memposting foto-foto jelekku di tahun pertama, lengkap dengan identitas dan nomor kamar asrama ku.

Hah…

Apa yang bisa aku sesali?

Bagaimana bisa aku tidak memikirkan kemungkinan ini ketika aku memutuskan untuk pergi ke klinik itu? Yah, manusia selalu seperti itu. Dia hanya memikirkan yang paling menguntungkan untuk dirinya sendiri.

Aku menutup ponsel dan beranjak dari bangku, berpura-pura acuh meskipun aku tersinggung, berpura-pura tidak terpengaruh meskipun sebenarnya takut dan risih.

“Udah naik level ya lo sekarang?” sindir seseorang sambil menabrak pundakku.

“Cieee, yang terkenal sekarang.”

“Dih, pansos!”

Aku hanya bisa mengabaikan mereka dan pergi ke perpustakaan dengan harapan tempat membuatku terhindar dari tatapan orang-orang, tapi nyatanya keberadaanku terlalu mudah di deteksi oleh mereka.

Tapi tetap saja. Dari sekian banyaknya tempat, hanya perpustakaan yang paling sepi dan tenang di bandingkan lainnya. Setidaknya mereka tidak akan ribut atau pustakawan akan menegur mereka.

Mereka tidak hanya menyerangku dengan komentar kejam pada postingan, tapi juga menyerbu media sosial pribadi yang membuatku terpaksa mengubahnya menjadi private.

Aku mengalihkan kegelisahan dengan membaca buku beberapa saat di sana, lalu pergi ke kantin untuk mengisi perut kosong. Orang-orang yang menyadari kehadiran ku langsung menjadikan ku objek tatapan tajam dan sinis mereka.

Pikiranku juga menjadi sinis ketika mereka bertingkah seperti anak kecil. Rasanya cukup De Javu ketika mereka menyerobot antrianku.

Byur

“Sorry. Gue nggak sengaja.”

[BL] REFRACTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang