19

10.5K 1.1K 46
                                    

Setiap orang punya cara tersendiri untuk mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan mereka.”

.

.

.
 

“Kak Rain, kan?”

Aku berbalik dan mendapati dua orang gadis yang merupakan junior tingkat berdiri di belakangku.

Setelah kelas berakhir aku berpisah dari dua bersaudara untuk mampir ke perpustakaan sebentar mengembalikan buku yang ku pinjam.

“Iya, ada apa?” tanyaku.

“Kakak temen dekatnya kak Arka kan?”

Firasatku mengatakan sesuatu tentang ini.

“Iya, kenapa?”

“Kak Arka udah punya pacar belum?” tanya salah satu gadis itu.

“Ya? Oh, kenapa emangnya?”

“Nama gue Tiara kak. Papa gue sama papa kak Arka itu kenal, jadi gue pengin deket sama kak Arka,” ucap salah satu gadis dengan wajah berharap.

Jadi begitu...

“Dia bel-...”

“Rain, kamu lagi ngapain?” tanya Arka menginterupsi dari belakang.

“Ada yang nyariin kamu,” jawabku.

“Cari saya ya? Tapi, maaf. Saya sudah punya pacar, dan saya takut dia cemburu kalau kamu pengin dekat sama saya,” ucap Arka sambil merangkulku.

“Oh, g-gitu.”

“Ayo, yang lain sudah nunggu.”

Tanpa memberi kesempatan mereka berbicara lagi, Arka langsung membawaku pergi.

Aku melihat sebentar ke belakang dengan khawatir. Tingkah Arka yang seperti ini membuatku takut mereka curiga kita berdua.

“Mau ke mana?” tanyaku seraya menjauhkan tangan Arka.

“Makan siang. Tadi kamu nggak langsung keluar bareng Alden, jadi aku susul kamu ke sini.”

Karena yang lain sudah pergi duluan, aku dan Arka menyusul mereka ke restoran.

Selama di jalan aku hanya melamun memikirkan kejadian ini. Sebenarnya ini bukan pertama kali aku mengalami hal ini, tapi untungnya itu semua sudah di atasi Alden.

Kejadian seperti ini atau kebencian yang secara blak-blakan mengkritikku berada di antara orang-orang ini membuatku semakin merasa rendah diri dengan hubungan ini.

Aku selalu berusaha mengabaikan kebencian orang-orang, tapi aku tidak bisa terus menerus menanganinya apalagi jika sampai mereka curiga denganku yang melulu bersama Arka.

“Jangan mikirin yang lainnya kalau lagi sama aku. Aku nggak suka,” ucapnya tiba-tiba saat mobil berhenti di lampu merah.

Aku menoleh sebentar.

“Nggak mikirin apa-apa kok,” kilahku sembari memandang ke luar jendela.

Aku tidak bisa jujur dengan perasaanku sendiri dan ini terlalu sulit.

“Kamu selamanya akan terus sama aku, jadi kamu nggak boleh mikirin yang lain kecuali aku.”

“Iya,” tanggapku.

Sampai di restoran all you can eat aku berusaha menikmati waktuku dan mengabaikan semuanya, tapi malah banyak hal berkumpul di pikiranku.

[BL] REFRACTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang