"Hubungan manusia tidak dapat di hukumi secara mutlak, sebagaimana perasaan yang tidak dapat di prediksi.
Yang sekarang benci bisa menjadi cinta besok begitu juga sebaliknya."
.
.
.
"Balik, mereka sudah nungguin kamu," desakku.
"Aku anter dulu kamu ke kafe. Nanti aku balik lagi."
Sore ini aku di ajak makan bersama oleh tim basket fakultas bisnis, tapi aku tidak bisa ikut karena harus bekerja.
Masalahnya adalah Arka ingin mengantarku ke kafe dulu sementara seluruh timnya sudah menunggu untuk makan malam. Di tambah lagi aku masih kesal gara-gara kejadian minuman tadi, jadilah kita berdebat.
"Aku nggak suka di benci cuma karena kamu anterin ke kafe. Buruan balik, sana!"
Untungnya ojek yang aku pesan sudah datang menjemputku, jadi aku bisa langsung pergi.
Merepotkan...
Tapi sampai di kafe aku mendapat kejutan. Alden yang baru beberapa saat lalu masih bersamaku di kampus sekarang bersitegang dengan Raka.
Kak Dea tidak masuk hari ini dan Latif bilang sudah berusaha menghentikannya, tapi dia takut.
"Kalau lo nggak suka sama kopi di sini, mendingan lo cari di tempat lain daripada lo buang-buang usaha kita!"
"Raka, berhenti. Nanti ada yang lihat." Aku menariknya.
"Lepasin anjir! Dia nggak bisa di biarin! Dari dulu gue udah sabar ngelihat lo selalu buang kopi yang nggak lo minum di depan! Maksud lo apa, ngehina kita!!?"
"Raka, berhenti!" teriakku.
Seketika keadaannya menjadi hening.
"Ayo masuk!"
Aku menyeret pria itu ke dalam ruang staf dan meminta Latif membersihkan kekacauan.
"Duduk dulu ka, maaf aku teriak tadi."
Raka hanya diam.
"Gue-..."
Aku menggelengkan kepala.
"Tenangin diri lo dulu, oke?"
Raka menghembuskan nafas kasar lalu mengeluarkan ponselnya dan bermain game. Dia menekan layar ponselnya kuat-kuat.
Aku kembali keluar dan menghampiri Alden di mejanya.
"Kamu nggak apa-apa?" tanyaku.
"Gue nggak masalah."
"Aku minta maaf."
"Bukan lo harusnya, tapi dia."
Aku mengangguk mengerti.
Untungnya kafe sedang sepi karena masih sore dan belum ada satupun pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] REFRACTION
Random[COMPLETE] Dalam kasta kehidupan mahasiswa ekonomi itu menempatkan dirinya pada kasta yang rendah. Baginya mereka yang berada di kasta atas adalah orang-orang yang lahir dengan keberuntungan dan keistimewaan seperti bintang di kampusnya. Dia sedikit...