“Pelajaran tersulit di dunia ini memahami manusia.”
.
.
.
“Gimana kerjaan kamu sekarang?” tanyaku pada Raka.
Raka sudah tidak lagi bekerja di kafe. Dia sekarang bekerja di salah satu perusahaan besar di bidang makanan.
“Yang jelas lebih pusing daripada kerja di sini,” jawab Raka.
“Belum setengah tahun aja udah ada keluhan, gimana ke depannya?” sindir Kak Dea.
“Siapa yang ngeluh? Kan gue cuma ngomongin yang gue rasain,” balasnya.
“Eh Rain, lo masih tinggal di asrama kan?” tanya Raka.
“Iya, masih.”
“Gini, gue kan punya rencana pindah ke kontrakan rumah yang lebih besar dari kost gue sekarang. Maksud gue biar gue ada temennya sekalian biar bayar sewanya setengahan gitu.”
“Lo bukannya udah tinggal sama pacar lo ya?” tanya Kak Dea padaku.
“Nggak, aku masih di asrama.”
“Asrama lo gratis kan?” tanya kak Dea lagi.
“Setahun pertama iya, sekarang sih sudah nggak.”
“Ya lo pikirin aja dulu, lo juga perlu ngomong sama pacar lo,” sela Raka.
Aku mengangguk. “Iya, nanti aku pikirin.”
Sebenarnya itu tawaran yang cukup bagus karena aku tidak bisa tinggal di asrama kecil itu terus, meskipun aku membayar sewa. Ada banyak mahasiswa baru yang pasti membutuhkannya.
Arka sudah pernah memintaku untuk pindah dan tinggal bersamanya, tapi aku menolak karena aku tidak mau tinggal secara gratis begitu saja. Dan bertengkar dengannya karena uang itu melukai harga diriku.
Dua hari kemudian aku pergi bersama Raka untuk mengurus rumah yang akan kita berdua sewa. Harga sewanya memang lebih mahal dari asrama, tapi menurutku itu sebanding dengan luas rumah itu sendiri.
Rumah itu memiliki kamar mandi yang terpisah dari kamar tidur, lalu ada ruang tamu dan juga dapur. Ada juga area cuci dan jemur. Juga rumah itu memiliki dua kamar di lantai bawah dan satu di lantai mezanin.
Setelah mengunjungi rumah, kita berdua makan siang bersama di salah satu kedai masakan oriental di taman yang di buka hanya pada hari sabtu minggu saja.
“Gimana lo sama Arka?” tanya Raka tiba-tiba.
“Apanya yang gimana? Ya gitu.”
“Anjir! Jawaban lo tuh bikin yang denger aja nyesek tau nggak!” cecarnya marah.
“Apa sih?”
Raka menghela nafas, lalu menatapku dengan wajah serius.
“Jawaban lo barusan itu kayak orang nggak peduli sama pacar lo atau hubungan lo.”
“Terus aku harus jawab apa?” tanyaku bingung.
“Lo sadar nggak sih, kalau lo kelewat cuek dan kurang peduli sama Arka?”
Aku mengangkat wajahku, terkejut dengan ucapannya.
“Gue nggak tahu hubungan lo gimana, dan gue nggak mau ikut campur. Tapi, berdasarkan yang gue lihat gue perlu bilang sama lo. Jangan kelewat cuek sama pacar lo sendiri,” beber Raka panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] REFRACTION
Random[COMPLETE] Dalam kasta kehidupan mahasiswa ekonomi itu menempatkan dirinya pada kasta yang rendah. Baginya mereka yang berada di kasta atas adalah orang-orang yang lahir dengan keberuntungan dan keistimewaan seperti bintang di kampusnya. Dia sedikit...