04

18.2K 2.4K 611
                                    

“Dari tempat indah ke tempat yang indah berikutnya, ada perjalanan yang mungkin menyulitkan.

Nikmati saja.”

.

.

.

Kedatangan Arka dan teman-temannya ke restoran pizza dimana aku dan dua bersaudara berada membuatku kembali tidak nyaman, tapi tentu saja aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Sebenarnya aku bukan orang yang anti sosial, tapi sifatku yang tertutup, kaku dan sulit bergaul membuatku menjadi orang seperti itu. Di tambah lagi dengan apa yang aku alami di masa lalu, aku lebih memilih menghindari orang lain daripada nanti sakit hati.

“Wah! Yakin sih ini gue. Pasti ini semua habis di sikat Vane. Ngaku nggak lo!” tunjuk Dewa melihat plate pizza yang kosong.

“Ya emang kenapa?!” balasnya acuh sambil bermain ponsel.

Aku tidak tahu kalau ternyata mereka akrab, karena di kampus aku tidak pernah melihat mereka bersama.

Ketika mereka yang baru datang sibuk membuat pesanan, aku beranjak dari kursi karena merasa ada terlalu banyak orang di sana.

“Ada yang mau es krim?” tawar Bara.

“Woi, lo yang bayar es krimnya!” sahut Dewa.

“Pelit lo anjir, kan ini traktiran lo!”

“Buset, lo pada niat ngerampok gue?!”

“Lebay amat lo! Cuma es krim, bukan real estate, bego!”

Aku pergi menghampiri kolam ikan yang kecil. Untungnya di area rooftop ini tidak banyak pengunjung, jadi aku bisa bebas menjauh. Aku juga memilih pergi karena akan melelahkan jika harus menyesuaikan diri dengan mereka.

“Lo, di ajak sama Alden?”

Aku menoleh dan menemukan Dewa berdiri di sampingku bertanya seperti itu.

“Hm.”

“Nggak nyangka gue.”

“Kenapa?” aku menoleh.

“Ya, lo tahu aja. Alden tuh circle nya nggak pernah biasa-biasa.”

Aku hanya terdiam. Tanpa dia memberitahu aku juga tahu itu.

“Jangan salah paham, gue tahu lo sama Nanda nggak kayak yang di omongin orang-orang.”

“...?”

“Tapi, lo yang harus tahu diri lah.”

Setelah mengucapkan itu Dewa pergi begitu saja, bersamaan dengan Bara yang memanggilnya.

Aku tahu posisiku dan sadar dengan batasanku, tapi ucapan Dewa tetap menyakitiku.

Ketika aku sedang terlarut dalam ucapan Dewa, Arka menghampiriku.

“Lo ngapain di sini? Udahan makannya?” tanyanya.

“Hm.”

[BL] REFRACTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang