12

12.4K 1.4K 100
                                    

"Hanya ada satu kepercayaan yang amat berharga di dunia ini.

Jangan sampai membuatnya retak apalagi menghancurkannya."

.

.

.

“Rain, lo ingat Devan nggak?” tanya Arya.

Pria mungil ini adalah mahasiswa dari universitas lain yang juga magang di perusahaan yang sama denganku.

“Dia bilang dulu kalian satu sekolah.”

“Iya, aku masih ingat. Kenapa?”

“Katanya dia pengin ketemu sama lo. Lo ada waktu nggak?”

Dunia yang begitu sempit ini melelahkan. Bagaimana bisa aku bertemu dengan orang yang kenal dengan teman masa sekolahku?

Aku tidak enak menolak, bukan pada Devan tapi pada Arya.

“Boleh, tapi ya nggak bisa lama.”

“Lo nggak mau nomor hpnya?”

“Nanti juga ketemu, buat apa?” tolakku.

“oke.”

Aku tidak mencoba menutupi atau menyembunyikan masa lalu ku, tapi aku hanya tidak ingin teringat kembali dengan masa-masa itu.

Memangnya, siapa di dunia ini yang suka bernostalgia dengan masa-masa buruk yang pernah kita alami.

Sekitar dua hari setelah itu Arya benar-benar datang bersama Devan ke kafe studio.

“Lo masih ingat gue kan?” tanyanya dengan wajah berbinar.

Kita berdua duduk di salah satu meja, dan kebetulan kafe sedang cukup sepi.

“Hm.”

“Kabar lo gimana?”

Aku benci basa-basi seperti ini.

“Yah, baik.”

Devan terlihat canggung dan tidak nyaman karena aku terang-terangan memperlihatkan padanya kalau aku tidak berminat mengobrol dengan orang yang pernah mengerjaiku di sekolah dahulu.

Aku cukup ingat banyak hal dengan detail, apalagi sesuatu yang cukup berkesan untukku.

“Minta nomor lo dong, kapan-kapan biar kita bisa reunian se angkatan.”

Aku memberikan nomorku tanpa keberatan.

Sebenarnya aku bisa saja menolak memberikan nomorku padanya, tapi aku tidak ingin membuat kesan buruk di depan Arya.

Aku bekerja di kantor yang sama dengan Arya, dan aku tidak bisa menjamin dia tidak bergosip dengan orang lain.

Bukannya aku tidak ingin berburuk sangka, tapi kepribadian manusia itu kejam dan tidak bisa di prediksi. Mempercayai bahwa seseorang itu benar-benar baik adalah hal yang tidak ada dalam kamus hidupku.

[BL] REFRACTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang