“Manusia itu aneh.
Meskipun dia tahu manusia adalah kelemahan dan juga rasa takutnya, tapi kekuatan dan keberanian yang dia butuhkan juga berasal dari manusia.”
.
.
.
Aku sudah meninggalkan rumah sakit dan kembali kehidupan yang sama seperti sebelumnya, meskipun letak perbedaannya adalah aku kehilangan ruang bebas dari perhatian orang-orang.
Di hari pertama aku kembali ke kampus sejak kejadian itu, orang-orang langsung menyebarkan foto wajahku yang masih memiliki bekas lebam dan luka.
Tapi daripada tentang orang-orang itu, aku lebih peduli dan sibuk mengejar catatan kuliah yang aku lewatkan. Singkatnya, aku tidak punya waktu untuk peduli dengan apa yang orang lain bicarakan tentangku.
Lagipula semuanya segera berlalu dan mereka melupakannya.
Saat sedang berjalan melewati area parkir, tiba-tiba Arka menghampiriku.
“Kok masih di kampus?” tanya Arka.
“Habis dari perpustakaan,” jawabku.
Aku melihat ke belakang punggungnya, teman-temannya terlihat sedang menunggu.
“Kamu mau pulang sekarang?” tanyanya.
“Nggak, ke kafe dulu.”
“Oh, iya.”
Lalu Dewa datang menghampiri dan merangkulnya. Bara juga menyusul.
“Buruan bro! Ditunggu anak-anak di lapangan,” ucap Dewa.
“Kalau gitu aku duluan,” ucapku pada mereka seraya pergi.
Sejak kembali ke kampus Arka masih menunjukkan perlakuan yang sama seperti ketika aku di rumah sakit. Aku tidak suka dengan itu dan berusaha sebisa mungkin menghindar.
Daripada bagaimana orang membicarakan bekas babak belur di wajahku, inilah yang justru membuatku tidak nyaman. Lagipula tanggung jawabnya padaku juga sudah selesai.
Aku sudah sembuh dan tidak butuh bantuannya lagi. Aku tidak nyaman melihat tatapan orang-orang dan juga teman-temannya.
Aku juga tidak mau membuat lebih banyak bahan bergosip untuk mereka yang senang membicarakan orang lain. Apalagi sejak aku terpukul secara fisik, aku tidak mau menarik perhatian orang-orang lagi.
Di hari minggu siang, aku pergi ke panti mengunjungi nenek. Sebelum itu aku mampir membeli sup ikan merah kesukaan nenek di salah satu kedai yang letaknya agak jauh dari panti.
“Lho Raindra, mukamu kenapa?” tanya suster perawat.
“Oh, ini. Biasalah sus, sesama cowok,” jawabku.
“Masalah apa nih? Cewek ya?” goda suster bernama Ratna tersebut.
“Bukan kok.”

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] REFRACTION
Diversos[COMPLETE] Dalam kasta kehidupan mahasiswa ekonomi itu menempatkan dirinya pada kasta yang rendah. Baginya mereka yang berada di kasta atas adalah orang-orang yang lahir dengan keberuntungan dan keistimewaan seperti bintang di kampusnya. Dia sedikit...