17

12.2K 1.2K 37
                                    

"Kebencian pada orang lain di sebabkan dua hal.

Kamu menyayanginya atau kamu memiliki rasa iri pada kebaikan yang di miliki orang lain."

.

.

.

Aku sudah menduga tentang bagaimana penilaian orang-orang melihatku yang terus menerus bersama Arka dan teman-temannya.

Karena sebelum seperti ini aku juga sudah berteman dengan mereka dan juga mendapatkan sikap yang sama, jadi aku pikir tidak perlu menyembunyikan semuanya selama aku dan Arka tidak menunjukkan kalau kita sedang berpacaran. Tapi, nyatanya itu tetap tidak membuatku lolos dari gangguan maupun gunjingan mereka.

"Rain, mau makan bareng nggak?" tawar Vanessa.

Aku mengangguk. "Oke, aku ikut."

Dua bersaudara itu keluar lebih dulu dari kelas, dan aku baru saja beranjak setelah membereskan barangku. Tapi tiba-tiba beberapa gadis menghalangi jalanku.

"Eh lo! Sejak kapan lo gabung sama geng nya Arka?" tanya salah satu dari mereka.

"Siapa yang gabung? Aku nggak."

"Jijik banget sih lo pake nutup-nutupin segala! Terus kalau nggak gabung kenapa lo bisa di anter jemput terus sama Arka?"

Aku menatap mereka datar. Ini melelahkan.

"Emangnya apa urusan kalian sama itu?" tanyaku.

Mereka mengerutkan wajah kesal dan marah.

"Gue jijik tahu nggak lihat lo ada di deket mereka. Emangnya seberapa level lo sama mereka? Jijik tau nggak sih!"

"Rai-..."

Aku memberi anggukkan dan senyum pada Vanessa, lalu melirik sinis pada tiga gadis di depanku.

"Ya mau gimana? Mereka pada baik-baik aja main bareng aku," ucapku sambil menyingkirkan mereka yang menghalangi jalanku dan menghampiri Vanessa.

"Ngapain mereka?" tanya Vanessa.

"Heum, bukan apa-apa," jawabku sambil menggelengkan kepala.

Aku masih bisa mengerti jika yang menggangguku adalah laki-laki. Apa pun alasan mereka membenciku masih masuk akal, karena aku juga laki-laki.

Tapi kalau mereka, aku sama sekali tidak mengerti. Kenapa mereka menggangguku? Apakah mereka menganggapku saingan juga?

Seperti biasanya, di kantin kita bertiga mengambil meja panjang yang besar dan duduk dalam satu meja.

"Rain, lo mau pesen apa?" tanya Alden.

"Aku nggak usah, nggak begitu laper kok," jawabku.

"Kenapa lo? Nggak mood? Atau sakit?" tanya Vanessa.

"Nggak, aku cuma nggak pingin makan," jawabku seraya menggelengkan kepala.

Tidak lama setelah Alden pergi, teman-teman Arka datang tanpa Arka.

"Nyariin?" tanya Bara padaku setelah menarik kursi di depanku.

"Doi masih ada urusan sama presiden BEM. Ntar dia nyusul," jelasnya.

Aku hanya mengangguk.

"Lo nggak makan?" tanya Bara lagi.

"Nggak, lagi males."

[BL] REFRACTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang