“I Love You...”
.
.
.
Sejak terakhir dan pertama kalinya mama datang ke rumah untuk memelukku, mama tidak bisa di hubungi selama beberapa hari. Tapi seminggu kemudian tiba-tiba mama mengirim pesan untuk datang ke panti tempat nenek di rawat pada hari Minggu.
[Rain datang ke panti nenek hari Minggu. Kita ketemu di sana]
Aku cukup kaget mama memutuskan secepat itu, tapi aku juga lega karena ini yang aku inginkan. Jadi aku setuju, tapi setelah itu mama tidak bisa lagi di hubungi. Nomornya mati lagi. Aku jadi penasaran karena mama tidak pernah mematikan ponselnya.
Saat berada di kelas, aku tidak bisa berkonsentrasi dan pikiranku kosong. Waktu yang lambat terasa berulang lagi. Tepat saat itu ponselku bergetar di atas halaman buku yang terbuka. Aku segera membuka pesan Bara.
“Lo di mana? Ada yang perlu gue omongin sama lo!”
[Tentang apa? Aku di kelas] balasku.
Karena ini pesan dari Bara, aku berpikir kalau mungkin itu tentang Arka. Mereka cukup dekat, jadi aku mengira dia sudah tahu tentang kita putus.
“Habis kelas lo temuin gue di kafe depan kampus.”
[Oke.]
Setelah kelas selesai aku langsung pergi menemui Bara di kafe yang sangat terkenal itu. Aku melihat dia di sana sendirian tanpa siapa pun, teman-temannya juga tidak terlihat berada di sekitar.
“Rain!” dia mengangkat tangannya memanggilku.
Setelah duduk di depannya, dia mendorong satu cup kopi susu dingin ke depanku.
“Nih, gue pesenin ice latte. Lo suka itu, kan?” ucapnya sambil tersenyum tipis.
“Makasih,” jawabku sambil mengangguk.
Kemudian Bara mematikan rokok di tangannya dan menelisik wajahku.
“Muka lo kayak orang sekarat tau nggak!”
“Aku? Nggak kok, aku nggak apa-apa.”
Aku menggelengkan kepala. Tatapan Bara seperti dia mengasihaniku dengan kasih sayang.
“Lo makan teratur? Siang ini udah?” tanya Bara.
“Jadi kamu mau ngomong apa?” tanyaku balik menutup basa-basinya.
“Itu gue yang tanya, bukan Arka.”
Aku menghela nafas pelan. Lalu Bara memajukan kursinya.
“Lo nggak mau tanya kabarnya?” tanya Bara lagi.
“Kalau nggak ada lagi yang mau di omongin, aku pergi,” ucapku seraya beranjak.
“Oke, oke. Duduk dulu, gue serius!”
Aku menatapnya selama beberapa saat, lalu akhirnya duduk kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] REFRACTION
Random[COMPLETE] Dalam kasta kehidupan mahasiswa ekonomi itu menempatkan dirinya pada kasta yang rendah. Baginya mereka yang berada di kasta atas adalah orang-orang yang lahir dengan keberuntungan dan keistimewaan seperti bintang di kampusnya. Dia sedikit...