27

20.8K 1.3K 128
                                    

"This is not the end, but is the beginning of their life story"

.

.

.

Melihat secara langsung milik Arka dengan kedua mataku sendiri sangat berbeda dari hanya membayangkannya. Aku tidak menyangka benda miliknya akan sebesar ini, meskipun barang yang panjang dan besar ini telah memasuki lubangku lebih dari dua kali.

Aku tidak pernah melihat langsung milik orang lain sebelumnya, apalagi menyentuhnya. Dan aku tidak punya pengalaman atau pengetahuan apa pun tentang melakukan ini. Jadi seharusnya aku tidak mengatakan akan mencoba dengan begitu percaya diri. Dan sekarang sudah seperti ini, aku tidak bisa mundur dan juga aku tidak ingin mengecewakannya.

Aku mulai menggenggam batang keras dan panas milik Arka dengan kedua tanganku, lalu membelai dan mengusap-usap miliknya naik turun dengan hati-hati. Sebelumnya aku berpikir menyentuh penis orang lain itu mungkin menjijikkan, tapi aku baik-baik saja menyentuh milik Arka.

"Nggak apa-apa lebih cepat," ucapnya dengan suara dalam dan nafas berat.

Ekspresi di wajah Arka, yang aku lihat dari bawah tampak tidak nyaman meskipun aku telah mencoba melakukan yang terbaik yang aku bisa. Aku hanya bisa mengandalkan ingatanku ketika Arka melakukannya untukku sebelumnya dan mencoba mengingat setiap langkah yang pernah dia lakukan untukku.

"Rain, cukup."

Aku mengangkat wajahku dengan perasaan kecewa karena tidak bisa membantunya dengan baik. Aku kecewa dengan diriku sendiri.

"Rain!"

Arka berseru dengan ekspresi kaget saat aku memasukkan miliknya ke dalam mulutku. Aku mengernyit karena rasa yang aneh menyentuh lidahku, dan air mata keluar dari sudut mataku. Sudut bibirku sakit, tapi aku tidak ingin berhenti.

Arka memegang daguku dan menatapku khawatir.

"Kalau sulit jangan di paksa," ucapnya dengan lembut.

Aku menggeleng pelan dengan ekspresi yakin, bahwa aku akan melakukannya bagaimanapun juga. Air mata semakin terkumpul di pelupuk ketika aku mendorong mulutku hingga mencapai batas tertentu.

Meski tidak yakin tapi aku mencoba yang terbaik yang aku bisa. Lidahku menjilat dan menggelitik batangnya, berputar-putar sambil memaju mundurkan bibirku.

"Argh, gigimu!" Arka menggeram keras ketika aku mencoba menambah kecepatan mulutku.

"Pelan-pelan aja, jangan sampai kena gigimu," kata Arka lagi sambil mengusap mataku lembut.

Tangan Arka berpindah ke belakang kepalaku dan menggerakkan dengan ritme sedang, sampai aku mulai mengerti apa yang harus aku lakukan dan melakukannya sendiri. Arka mulai melepaskan tangannya.

Rasa panas menjalar dan suhu semakin meningkat dalam tubuhku. Aku mulai tidak tahan di bawah sana, tapi aku tidak ingin mengalihkan fokusku untuk Arka. Jadi aku hanya merapatkan kedua pahaku dan mencengkeram paha Arka dengan kedua tanganku.

"Lebih cepat, ahh..."

"Umh."

"Rain, arghh..."

Dengan bodohnya aku mengangguk dan gigiku mengenai miliknya yang keras lagi. Aku benar-benar sangat buruk melakukan ini, tapi tampaknya Arka lebih frustasi. Wajahnya menggelap dan basah oleh keringat, terlihat sangat tidak nyaman.

"Rain, maaf!"

"Eughh...!"

Arka tiba-tiba mendorong kepalaku sehingga ujung batangnya masuk lebih dalam dan aku mengeluh dengan suara dari tenggorokan yang teredam. Dengan bantuan tangan Arka yang mendorong kepalaku, mulutku terdorong cepat dan aku menggunakan lidahku di dalam untuk membelai batang penisnya.

[BL] REFRACTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang