BAGIAN 12 | Cepat Sembuh, Zinnia

31K 3.6K 32
                                    

Author's note: di bawah nanti ada surat untuk kalian, jangan sampai terlewat ^^ ~

Bagian ini selesai direvisi.
________________________
Beberapa hari ini pikiranku sering melayang. membayangkan aku yang terjebak di dunia cerita ini. Membayangkan aku yang tak kunjung kembali ke dunia asalku. Membayangkan, bagaimana jika aku menjadi Zinnia seutuhnya?

Sejak insiden Kaisar Edgar beberapa hari yang lalu, aku tersadar. Selama ini aku masih berpikir dan meyakinkan diriku bahwa ini semua mimpi, mimpi panjang dan suatu saat akan berhenti. Tapi, aku tidak percaya lagi akan hal itu. Memikirkan bagaimana aku melihat darah yang keluar dari luka yang kubuat, bagaimana aku menyentuh rambut perak Kaisar Edgar, bagaimana sentuhan Lily yang begitu nyata, bahkan bagaimana hangat mentari saat ini menghangatkan tubuhku, apa aku masih berani berkata bahwa ini hanya mimpi?

Memikirkan bahwa kemungkinan besar ini bukan mimpi, membuatku jadi rindu keluargaku, keluarga asliku. Aku rindu Ayah dan Mama, aku rindu adik laki-lakiku yang jahil. Aku rindu dekapan dari mamaku. Aku rindu momen kami semua bersama dimana kami sering travelling. Tapi, ternyata travelling pula lah yang membuat kami berpisah.

Ku tutup mataku, aku ingin membayangkan wajah keluargaku. Aku takut melupakan mereka. Wajah ayah, wajah mama, wajah adikku. Aku ingin mengingat bagaimana dulu menghabiskan hari-hariku.

Indahnya, aku ingin mengalami hal-hal itu lagi. Aku tidak tahu hal-hal kecil seperti menikmati pagi di rumah dengan semua keluargaku adalah momen yang seharusnya benar-benar aku syukuri. Aku.. takut tidak bisa bertemu kalian lagi.

"Ma! liat tuh kakak, tidur terus kerjaannya," ucap adikku.

"Iya nih, anak gadis ayo bangun," ucap Mama.

"Iya.. bentar lagi Ma.. hehe," jawabku.

"Putri Zinnia," tiba-tiba terdengar suara Lily.

Lily? Mengapa tiba-tiba ada suara Lily? Aku mendengar suaranya tetapi tidak tahu dia dimana.

"Tuan Putri tertidur? Aneh, sudah beberapa hari Putri lebih sering tidur," lanjut Lily.

Aku membuka mata. Ku lihat wajah Lily.

Ah, ternyata aku masih di sini. Masih di dunia aneh ini.

"Putri, apakah saya membangunkan Anda? Apa Anda merasa tidak enak badan?" tanya Lily.

Aku baik-baik saja, Lily.

"Na, na,"aku mencoba berbicara pada Lily sambil mengulurkan kedua tanganku.

Setelah dipikirkan, ternyata aku tidak sendiri di dunia ini, mengapa aku bisa melupakan Lily yang selalu ada di sampingku? Ada Lily, yang menemaniku saat tersesat ke dunia ini bahkan dari hari pertama aku datang ke tempat ini.

Lily tersenyum kemudian memegang tangan kecilku.

"Hah?" tiba-tiba ekspresi Lily kaget dan memucat.

Ada apa dengan Lily?

"Putri, kenapa tangan Anda terasa panas?" ucap Lily kemudian menyentuh keningku.

"Astaga! Saya rasa Anda demam," lanjut Lily.

Apa? Demam??

"Tunggu sebentar, Putri. Kamu, cepat panggil dokter istana!" perintah Lily kepada salah satu dayangku. Dayang itu kemudian segera pergi.

"Putri Kecil, apa yang terjadi pada Anda?" tanya Lily yang terlihat seperti ingin menangis.

Mataku mulai terasa panas juga.

Apa aku benar-benar demam? Pantas saja badanku terasa sedikit pegal-pegal.

"Tolong sabar sebentar Putri, sebentar lagi dokter akan datang, " ucap Lily.

Aku Adik dari Anak Kesayangan Keluarga IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang