BAGIAN 37 | Langit Cerah

9.5K 1.4K 46
                                    

"Kalian berani memakan kue-kue itu?" ucap Juan yang tiba-tiba saja datang. Membuat semua orang melihat ke arahnya dan berdiri.

"Pangeran," semua menunduk.

"Berikan semuanya padaku," ucap Juan sambil menggerakan jarinya dengan isyarat 'kemari'.

"Kakak. Aku sudah memberikannya pada mereka," ucapku pada Juan.

"Beraninya kau. Aku menyuruhmu membuatkan kue untuku, bukan untuk mereka. Aku bahkan belum mencobanya satupun," ucap Juan sambil menarik kedua pipiku.

"Aw! Berhenti Kak!"

Apa maksudmu? rasanya sama saja seperti kue yang biasa kau makan. Adonannya kan Koki yang buat. Hmph!

Juan melepaskanku dan beralih melihat kepada semua prajurit.

"Aku hitung sampai tiga," ucap Juan.

"Sa-,"

"Sayang sekali, haha," ucapku memotong perkataan Juan.

Dasar, seperti anak kecil saja! Juan, jika kau begini kau akan merusak rencanaku.

"Kak Juan, apakah aku belum memberikan kue padamu? Ah, aku pasti lupa. Aku sudah menyiapkan banyak, aku bahkan sudah menghiasnya dengan cantik," ucapku dengan memasang muka polosku.

"Kak, bagaimana kalau kita masuk? Di sini aku merasa kepanasan," ucapku sambil menarik tangan Juan.

Juan menghela nafas. Dia kemudian mengangkatku, mengendongku.

"Kalian semua. Lari 20 putaran. Tidak ada istirahat sampai kalian selesai," ucap Juan dengan dingin.

Aku membulatkan mata.

Juan menyebalkan! Jika begini orang-orang akan menyalahkanku karena mendapat hukuman darimu. Bagaimana aku bisa mendapat hubungan baik jika begitu?

"Kak. Turunkan aku!" ucapku.

"Ada apa?" tanya Juan bingung.

"Mengapa kau menyuruh mereka lari?" tanyaku.

"Itu hanya latihan," jawab Juan.

"Kau marah karena aku memberikan kue pada mereka duluan?" tanyaku.

Juan tidak meresponku.

"Kau seperti anak kecil, hmph!" ucapku.

"Anak kecil tidak punya tempat untuk berbicara begitu padaku," tangkis Juan.

Hah..

"Tentu saja, aku tidak sebanding dengan seseorang yang cemburu hanya karena kue," ucapku sambil melihat ke arah lain.

"Aku tidak cemburu," ucap Juan.

"Aku tidak bilang itu Kakak."

Juan berhenti berjalan. Mukanya memerah. Lucu sekali. Aku tertawa sambil menutup mulutku dengan tangan.

"Aku rasa Lily akan sangat tertarik mendengar cerita seorang anak nakal yang durhaka karena melanggar perintah orang tuanya hanya karena makanan," ucap Juan sambil kembali berjalan.

Deg.

Aku hampir saja lupa tentang Lily.

"Ish!"

Dasar licik. Dia mengancamku.

"Kau berjanji tidak akan memberitahukannya," ucapku buru-buru.

"Pada Ayah," ucap Juan melihatku sambil menaikan kedua alisnya.

Menyebalkan! Aku kalah darinya.

"Menyebalkan!" ucapku sambil menubrukkan kepalaku di pundak Juan dengan cepat. Aku mengarahkan padanganku ke arah taman.

Aku Adik dari Anak Kesayangan Keluarga IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang