Bagian ini selesai direvisi.
___Tapi, berbeda dengan kelahiran Syina. Kelahiraku yang tidak terduga ini bisa dibilang 'pengusik'. Aku jadi terpikirkan sesuatu dan ingin menanyakannya.
Eric.. Apa kau.. membenciku?
...
"Apa maksudmu?" tanya Eric.
Eum.. Maksudku, apa kau membenciku karena aku masuk ke dunia ini?
Tidak seperti bayanganku, Eric terlihat kebingungan.
"Mengapa aku harus benci padamu? Apa ada yang salah jika kau terlahir di sini?" tanyanya yang membuatku terdiam.
Itu.. Aku.. Tidak tahu. Tapi.. Aku bisa saja mengganggu jalannya cerita.
"Cerita?" tanya Eric.
Ya. Seperti yang kau tahu, di duniaku ada yang menceritakan tentang kalian. Tepatnya sebuah cerita di novel fiksi. Di sana.. 'takdir', ya, apa yang akan terjadi pada kalian di masa depan semacam sudah tertulis. Bahkan aku mengikuti kisahnya hingga kau, Juan, dan Syina sudah dewasa. Di cerita itu tidak ada aku. Anak Kaisar hanya kalian bertiga tanpaku.
Aku berusaha menjelaskan kegelisahanku secara singkat. Aku masih takut untuk berbicara mengenai hal itu dengan Eric. Apa aku akan dianggap orang aneh dan mengancam?
"Benarkah?" tanya Eric tetapi ekspresinya datar. Dia seperti tidak terusik mengetahui hal itu.
Kau.. Tidak penasaran bagaimana kisahmu yang ku baca?
Eric mengalihkan pandangannya dariku. Dia mulai meminum tehnya lagi.
Dasar! Aku jantungku tidak bisa tenang menunggu jawaban dia, dan dia masih sempat-sempatnya minum teh dulu? Hmpph!
"Tidak sama sekali," ucap Eric yang membuatku kaget.
Kau serius?
"Ya, untuk apa aku tahu hal itu?"
Hah??
Pikiran Eric sulit dipahami olehku. Di duniaku, bahkan banyak orang yang masih percaya peramal hanya untuk bisa memprediksi sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Walaupun bagiku itu konyol. Tidak ada satupun manusia yang bisa melihat masa depan. Kalau peramal itu memang bisa melihat masa depan, kenapa dia harus bersusah payah bekerja meramal masa depan orang lain untuk mencari penghasilan? Dia bisa saja meramal bagaimana dia bisa mendapatkan lotre untuk menang sejumlah besar uang.
Tetapi, bagaimana lagi? Aku bisa saja dia sebut peramal karena sayangnya semua kejadian yang ada di sekeliling Syina sudah tercatat di buku itu.
Di tengah otakku yang membeku, Eric tiba-tiba berkata.
"Aku tahu bahwa dalam hidup ada beberapa hal yang tidak bisa aku ubah. Tapi, untuk hal yang bisa aku jalani dan pilih, aku yakin 'takdir' yang kau bilang itu bisa aku genggam dan jalani sesuai keinginanku," ucap Eric sambil memandang ke luar jendela. Wajahnya memang dingin, tapi aku tidak merasa tidak nyaman di dekatnya.
H-hah? Ini, ini pikiran anak 14 tahun?
Hey Eric! Kau seperti sudah hidup berpuluh-puluh tahun saja.
Eric memandangku sambil tersenyum sedikit kemudian kembali datar ketika dia mengalihkan pandangannya ke jendela. Di saat seperti ini aku ingin sekali punya kekuatan seperti Eric agar bisa membaca pikirannya.
"Kau tidak perlu hidup berpuluh-puluh tahun untuk bisa menyadari hal itu atau bahkan hal lainnya. Yang perlu kau lakukan adalah memperhatikan sekitarmu lalu berpikir. Dasar adik bodoh," ucap Eric dengan wajah datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Adik dari Anak Kesayangan Keluarga Ini
Fantasy[Sebelum masuk ke ceritanya, tolong baca dlu deskripsi sampai akhir] Tari tiba-tiba terbangun setelah mengalami kejadian tidak menyenangkan. Syok karena kejadian tersebut, ia menangis tapi suara yang ia dengar malah suara tangisan bayi. Seorang ibu...