BAGIAN 17 | Pintu

24.5K 3K 43
                                    

Author's note: di bawah nanti ada surat untuk kalian, jangan sampai terlewat ^^ ~

Bagian ini selesai direvisi.
__________________________________

Pagi ini tetap indah seperti pagi lainnya. Kami sedang piknik di taman. Kolam yang ada di depanku membuatku tenang, airnya cukup jernih. Lily sedang menyuapiku cemilan.

Sakit beberapa hari lalu membuatku sadar kembali, begitu besarnya nikmat dimana aku bisa merasakan rasa makananku. Aku jadi ingat dulu aku sering mengeluh ketika rasa makanan yang aku makan kurang enak. Lalu Mama pasti berkata jika tidak suka rasa makanannya tidak perlu menjelek-jelekan makanan, cukup ambil makanan yang lain saja.

Hah.. aku jadi rindu dengan ocehan Mama.

Lupa bersyukur begitulah kataku pada diriku sendiri. Setelah dipikir-pikir, rasa makanan yang aku rasakan 'kurang enak' ketika itu, lebih nikmat dari rasa makanan ketika aku sedang sakit mau seenak apapun makanan itu.

Aku jadi berpikir tentang rasa makanan, haha kebiasaanku sering berpikir kemana-mana.

Aku pun merangkak ke arah mainanku.

"Wah wah.. kolam ini tetap seindah yang ku ingat, sudah lama aku tidak kemari," tiba-tiba terdengar suara berat seorang pria yang entah datang dari mana.

Itu Paman Robin, beliau berdiri di sebelahku sambil memandang ke danau.

"Apa kau tahu keponakanku? Kolam itu memang indah, tapi.. apa yang ada di kolam itu lebih indah," ucap paman Robin sambil menatap lurus ke bola mataku. Matanya yang biru bagai biru lautan itu membuatku terpana.

Entah mengapa aku tiba-tiba membayangkan keindahan yang ada di dalam kolam itu. Aku seperti membayangkan lautan indah penuh dengan ikan dan terumbu karang. Aneh sekali, jelas-jelas itu bukan laut.

"Kau tidak pernah membayangkan, di sana... konon ada pintu yang bisa membawamu ketempat yang paling kau inginkan," ucapnya sedikit berbisik seakan-akan kata-katanya adalah hembusan angin yang lembut.

Benarkah? Tempat yang paling aku inginkan?

Seketika itu aku membayangkan rumahku dengan keluargaku di dalamnya.

"Aku tidak menyangka, ini berpengaruh padamu?" tanya paman Robin sambil tersenyum.

Apa maksudnya? Jangan berhenti, lanjutkan ceritanya! Aku ingin tahu tentang pintu itu!

Paman Robin kemudian terdiam sejenak, ia terlihat sedang berpikir.

"Ma..ma?" tanya paman dengan nada hati-hati

Deg. Seketika jantungku berdebar sangat kencang. Aku melihat paman Robin membulatkan mata sambil tersenyum lebar.

"Mamamu, ada di sana," ucap paman Robin sambil menunjuk ke arah kolam.

Ya, aku ingin bertemu Mama. Sangat ingin.

Aku mulai merangkak-rangkak menuju kolam secepat yang ku bisa. Aku tidak memperdulikan rumput-rumput yang membuatku geli di kulitku. Hanya satu yang aku inginkan. Menemukan pintu itu dan kembali ke rumah, bertemu Mama.

"Aku sangat berharap kau bertemu dengan mamamu," ucap paman Robin yang ku lihat mulai terbang menjauh dengan senyuman yang aneh. Tapi aku tidak peduli.

Aku sudah sampai di pinggir kolam. Entah kenapa aku merasa melihat cahaya dari dalam kolam.

Itu pasti pintunya.

Tanganku mulai menyentuh air, kemudian..

Byur.

Akh! Aku tidak bisa berenang, aku tidak bisa bernafas! Mengapa aku menyeburkan diri ke kolam?

Aku mencoba menggerak-gerakan kaki dan tanganku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

Dadaku sakit. Apa.. apa aku akan..

Byur.

"ZINNIA!!"

Tiba-tiba ada semacam pusaran air di bawah tubuhku. Pusaran itu mengangkatku ke udara.

"Uhuk, uhuk, uhuk!"

Aku batuk begitu keras, berusaha mengeluarkan air dari yang masuk ke hidungku.

Pusaran air itu membawaku ke tepi kolam. Ada yang mengendongku. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Si..siapa?

"Uhuk, uhuk!"

"Kau gila? Sedang ada di air?! Kau mencoba berenang hah?" terdengar suara Eric berapi-api. Rupanya dia yang menggendongku.

"Buka mulutmu," ucap Eric.

Dia mau apa?

Aku kebingungan tapi aku tetap menurutinya. Tiba-tiba rasanya air yang membuatku batuk-batuk berkumpul di ujung tenggorokanku. Aku batuk-batuk kembali dan air itu keluar. Sekarang aku merasa lega.

"Kau akan baik-baik saja sekarang," ucap Eric dengan wajah lega.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan? Dan kenapa kau malah tertidur saat Zinnia hampir tenggelam?!" tanya Eric padaku kemudian ia berteriak pada Lily.

Aku menggenggam baju lengannya dengan bergetar. Aku bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tadi. Semua badanku basah kuyup. Aku tidak percaya aku hampir tenggelam.

"Apa yang kau pikirkan sebenarnya? Kenapa kau masuk ke sana?" tanya Eric.

Aku tidak tahu. Aku merasa harus ke sana. Aku merasa bisa pulang jika ke sana. Katanya ada pintu di sana.

Aku sesegukan sambil menatap Eric.

"Pintu? Pintu apa? Kau bodoh ya? Mana ada pintu di kolam," tanya Eric yang ku lihat ekspresinya marah.

Apa? Aku tidak bodoh!

"Kau tidak bodoh, hanya kurang pintar," jawab Eric.

Menyebalkan, dasar es batu!

"Berhenti menghardikku. Aku yang menyelamatkanmu," Eric menyentil keningku.

... se-sebentar. Me-mengapa, mengapa aku bisa mengobrol dengan Eric? KENAPA?!

"Kau baru menyadarinya? Memang benar kau bodoh"

Berisik! Aku syok mana mungkin sadar? Oke aku aneh sekarang. Mengapa aku menjawab dia dan mengapa aku berpikir dia bisa menjawabku? Aku bingung. Apa karena ada air yang masuk ke kepalaku? Apa aku jadi gila setelah hampir tenggelam?

"Pfft.. HAHAHAHA menggelikan sekali"

__________________________________

Hayoloh bau-baunya ada yang terungkap nih.

Jika kamu suka ceritanya, jangan lupa klik tanda bintang ⭐ ya ^_^

[Diupload oleh Sisi Shalla 5-09-2021] -> [Direvisi 30 Januari 2022]

.

📩Surat untuk readers:

Udah lama ga nyapa kalian lewat bab hehe.

Angka tuh ga kerasa banget naiknya :') cerita ini udah sampai ke jumlah 35k lebih dibaca 🎉, demi apa :') alhamdulillah

Yang vote dan komen, kalian the best pokoknya luv youuuuu~. Yang masukin cerita ini ke reading list juga arigatou gozaimasu -/\- , maafin belum bisa nyapa kalian satu-satu karena aku kebetulan lagi sibuk banget biasanya rajin nge PC in yang nambah ke reading list T_T. Pokoknya makasih banyaak.

Pembaca setia juga yang angkanya berkali-kali lipat dari yang vote wkwk, makasih banyak udah setia baca sampai bab ini.

Gimana kesan kalian semua yang udah baca sampai bab ini? ;)

See you di surat berikutnya~

Salam hangat,

Sisi Shalla

Aku Adik dari Anak Kesayangan Keluarga IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang