25.Menyerah

970 58 1
                                    

"Will.. "panggilnya.

Keduanya terdiam saling pandang, Willy menatap Aletha penuh cinta, namun tatapan Aletha sebaliknya, dari matanya Willy melihat hanya Rangga yang gadis itu cintai.

Willy menghela nafas berat, apa ini memang keputusan terbaik untuk mereka,  " kita akhiri hubungan kita yaa, kembalilah kamu sama cinta kamu, temani Rangga, dia sudah berjuang sejauh ini demi kamu, bahkan rela seperti ini untuk kamu. Aku ikhlas. Bahagia sama dia ya.  Tetap jadikan aku kakak untuk kamu. " jika serius maka Willy menggunakan kata baku dalam berbicara.

Aletha menatap Willy dengan air mata yang terus turun " jangan nangis terus, kasian Rangga punya istri cengeng. " kekeh nya seraya mengecup kedua mata Aletha.

Aletha memukul dada Willy, lalu memeluknya erat, ada perasaan tak enak dalam hatinya, karena ia tak mampu menerima laki-laki yang setia bersamanya selama 8 tahun.

Laki-laki yang selalu menjaganya, laki-laki yang memberinya semangat untuk kembali melanjutkan kehidupan yang bahkan pernah sempat ia ingin akhiri, karena laki-laki itulah dia bisa sukses seperti sekarang. Namun mengapa hati nya terus menutup untuk laki-laki sepertinya, hatinya selalu saja memikirkan Rangga, yang bahkan pernah pergi meninggalkannya.

Dan jika ini takdir untuk keduanya, ia hanya bisa berharap semoga selalu bahagia.

"bahagia yaa. " lanjutnya.

Aletha duduk bersandar pada dada Willy dengan tangan yang melingkar pada pinggang laki-laki, dan Willy mengelus kepala Aletha tak lupa sesekali menyium kepala gadis itu.

Merelakan orang yang kita cintai, untuk memilih cintanya, memang sulit namun jika ia memaksakan untuk bertahan maka keduanya akan sama-sama tersakiti.

Willy melepaskan Aletha saat ini agar Aletha hanya fokus pada Rangga, tak berbagi pada dia. Karena sudah dipastikan Willy akan sedikit terlupakan, maka mengakhiri saat ini lebih, sebelum semakin sakit.

•••••

" Tha , Tha . " Terdengar suara panggilan seorang yang menepuk pipinya.

Aletha tertidur di kursi rumah sakit . Dia membuka matanya perlahan, ternyata Indah yang membangunkanya , disana ada Rey , juga orang tua Rangga . Entah sejak kapan mereka sampai, Aletha tak menyadarinya, namun ia teringat akan seseorang yang menemani nya, kemana dia. Mata Aletha menelisik mencari Willy namun tak ia temukan.

Dia tersentak saat Ibu Rangga duduk di sebelahnya , memeluk lalu menangis di dalam dekapan Aletha , dia tahu bahwa wanita paruh baya itu sangat terpukul atas apa yang menimpa putra bungsu nya.

" Tante , maafin Thata , ini salah Thata , kalau Aga ga nolongin Thata , Aga ga akan kaya gini Tan , maafin Thata . " Tangisnya kembali pecah, ia memeluk ibu dari seseorang yang tengah terbaring antara hidup dan mati didalam sana.

" Udah sayang ga apa apa , ini sudah takdir dari allah , ini bukan salah mu ." Ibu Rangga mengelus surai panjang milik Aletha dengan sayang.

" Ini salah Thata tante ." dengan masih berpelukkan dan tangis yang lebih dalam.

" Enggak, udah kamu jangan nangis , makasih udah nungguin Aga ya , makasih udah kembali sama Aga ya sayang ." Ucap ibu Rangga seraya mengurai pelukan mereka. Walau masih sesegukan diantara keduanya.

Ayah Rangga yang sedari memperhatikan kedua wanita berharga dalam hidup putra bungsunya kini menghampiri mereka,Aletha langsung menyalimi ayah Rangga. Ketiganya duduk berdampingan.

" Tha , subuhan dulu nak , sekalian kamu istirahat dulu semalem kamu jaga sendirian kan ." Perintah Ayah Rangga.

Aletha menganggukkan kepala . Lalu pamit untuk ke mushola, di antar oleh Indah.

" Ndah,, tadi lo lihat Willy? " Tanya Aletha.

Indah menganggukkan kepala, " tadi Willy yang nyuruh gue bangunin lo, dia tadi harus balik ke Bandung katanya mau ada meeting. "

Apa Willy menghindari gue batin Aletha.

"udah ayo !! Malah ngelamun keburu waktu subuh abis." Indah menepuk pundak Aletha keduanya pun jalan beriringan menuju mushola.

Setelah shalat subuh, mereka kembali menemui orang tua Rangga, ternyata disana sudah ada orang tua Aletha juga.

" Mama , papa kok udah disini aja " Tanya Aletha pada orang tuanya.

" Iya mama sama papa buru buru kesini kirain kamu sendirian disini , ternyata udah ada yang lain , sekalian bawain sarapan , kamu pasti belum sarapankan " Aletha hanya membalas dengan anggukan kepala .

Memang perutnya sangat lapar semalaman dia tidak makan sedikitpun. Untung nya ruang tunggu khusus pasien ICU berupa satu ruangan besar dan juga ada kamar mandi nya , dia membuka makanan yang mamanya bawakan , sebelum makan dia menawarkan yang lain , ternyata yang lain sudah sarapan .

Aletha melihat ibu Rangga juga mamanya sedang ngobrol , papa juga om Tri sedang ngobrol bedua tetapi mereka di luar ruangan . Sedangkan Rey dan Indah mereka sedang keluar rumah sakit kata nya ingin melihat sekitar.

Jam 8 pagi ada seorang dokter menghampiri kami , kami semua sudah kumpul di ruang tunggu , kecuali mama dan papa harus pulang karena papa harus kerja .

Katanya pasien bisa di besuk dan batas besuk 1 jam . Maksimal 2 orang untuk memasuki ruangan .

Pertama Ayah dan Ibu Rangga masuk ke ruang ICU , melihat kondisi Rangga sekarang. Aletha dan yang lain masih menunggu di luar .

Tak lama ayah Rangga keluar dan meminta Aletha untuk masuk , dia menurut . Di ruang ICU dia di temani ibu Rangga, beliau sedang nangis di samping brankar Rangga .

Aletha melangkah mendekati brankar tempat dimana Rangga sedang memejamkan mata dengan alat medis yang menempel pada tubuhnya, dia duduk di sebrang Ibu Rangga, dia mengelus tangan Rangga , dingin , lemah , dengan wajah yang sangat pucat .

Tak terasa air mata nya kembali menetes begitu saja , andai kamu ga nolongin aku , kamu ga akan kaya gini Ga , aku ga kuat liat kamu kaya gini , lebih baik aku aja yang kaya gini . Batin ku . Karena tak mau terdengar oleh ibu Rangga.

Jam besuk pasien sudah berakhir Aletha dan ibu Rangga kembali ke ruang tunggu . Dia duduk di samping ibu Rangga, raut wajah nya sangat kentara kalau wanita yang telah melahirkan Rangga itu sangat terpukul atas kecelakaan yang menimpa putra bungsu nya,tak berbeda jauh dengan Aletha, gadis yang kini berusia 24tahun itu terlihat berantakan, dengan kantung mata yang menghitam karena terlalu lama ia menangis.

Terimakasih buat para readers yang udah mem vote hasil karya saya , dengan ini saya pikir kalian semua menghargai tulisan saya .

Impian saya bukan penulis . Menulis hanya saya lakukan untuk mengisi waktu luang saja .

Saya tidak berharap banyak di sukai orang lain . Melainkan saya membuat ini hanya untuk menuangkan ide ide yang terlintas dalam otak . Dan terimakasih banyak untuk vote nya .

Terimakasih banyak udah mau baca cerita saya , yang hasil sangat jauh dari penulis penulis profesional .

Semangat untuk semua .
Sehat selalu ..

Lisma Dahliani

Menikah Dengan Mantan ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang