37

599 90 37
                                    


Gak nunggu setahun lagi kan ya... Wkwkwk silahkan menikmati.

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

Author pov.

"Eunggh"
Ji Na mengerjapkan matanya beberapa kali setelah mendengar suara gaduh J-Hope dan Yoora.

"Oh, kau sudah sadar?" Seru J-Hope yang segera mendeketi ranjang yang Ji Na tiduri. Ranjang Yoora.

J-Hope yang khawatir ketika Ji Na pingsan lebih memilih untuk membawanya ke apartemen Yoora.

"Eonni" alih-alih menjawab J-Hope, Ji Na reflek memanggil Yoora yang kini juga sudah berada didekatnya. Yoora mengecek suhu badan Ji Na dan mengusap lengannya lembut.

"Dia baik-baik saja" Ujar Yoora pada J-Hope yang masih terlihat khawatir.

"Aku membawamu kemari karena tidak tahu harus bagaimana. Aku sudah menghubungi Jae Hwa ahjussi dan dia sedang dalam perjalanan." Jelas J-Hope panjang lebar.

"Biar aku buatkan minum. Kalian tunggu disini" sela Yoora sebelum berlalu dari kamarnya.

Perlahan Ji Na mendudukkan dirinya.
"Hyung, oh maksudku oppa. Apa kau akan mengatakannya pada yang lain?"
Tanya Ji Na hati-hati.

"Kau tenang saja. Aku sudah bicarakan ini dengan Yoora dan Jae Hwa ahjussi. Aku tidak akan merusak rencana kalian. Ayahmu tetap harus mendapatkan perawatan bukan?" Hibur J-Hope.

Ji Na terdiam. Tidak tahu harus bagaimana.

"Eh" Ji Na terkesiap saat J-Hope megusap poninya sayang.

"Aku akan membantumu. Tapi kau juga harus sangat berhati-hati. Sebenarnya aku juga kebingungan jika berada di posisimu. Ingin berdiskusi dengan yang lain sepertinya bukan jalan yang benar untuk saat ini. Yang penting kau harus sehat dulu. Kau baik-baik dulu, ayahmu sudah sehat baru kita cari jalan keluarnya" Ji Na menghela napas lega sembari mengulas senyum tipis setelah J-Hope mengatakan itu.

"Maafkan aku" ujar Ji Na.

"Maaf untuk apa?"

"Sudah melibatkanmu" Sungguh Ji Na benar-benar tidak berharap J-Hope mengetahui hal ini. Entah mengapa ia merasa bersalah.

"Sudah, jangan dipikirkan lagi. Kurasa semua terjadi begitu saja. Terkadang takdir memang tidak dapat diprediksi. Tekanan dan keadaan yang memaksamu mengambil keputusan disaat yang tidak tepat." Hibur J-Hope lagi.

Ponsel Ji Na yang bergetar mengalihkan atensi mereka. Nama Jae Hwa Ahjussi terlihat jelas pada layar.

"Ya. Ahjussi" Jawab Ji Na.

"...."

"Aku tidak apa-apa, hanya terkejut dan pingsan seperti biasanya" sahut Ji Na ketika suara Jae Hwa sarat akan rasa cemas.

Melalui telepon, Jae Hwa mengatakan sangat menyesal tidak bisa datang ke apartemen Yoora karena harus kerumah sakit setelah mendapatkan kabar tidak menyenangkan tentang istrinya.

"Aku bisa jaga diri ahjussi. Tolong jaga istrimu dulu. Katakan jika terjadi sesuatu. Kumohon kabari aku."

Setelah meyakinkan Jae Hwa, Ji Na pun mematikan telepon.

"Tidak jadi ke sini?" Tanya J-Hope.

"Ya, istrinya mengalami gangguan kecemasan lagi" Jawab Ji Na.

Pemuda itu mengangguk.
"Kau tahu, jika seorang anak kehilangan orang tuanya, anak itu masih bisa bertahan. Karena tanpa disadari ia akan memiliki banyak orang tua setelahnya. Tapi jika orang tua yang kehilangan anaknya, dunianya benar-benar hancur. Masa depannya terasa hilang. Walau tetap tak ada yang baik-baik saja dengan kehilangan. Tapi bayang-bayang gagal menjadi orang tua terlebih menyelamatkan sebuah nyawa yang merupakan darah dagingnya, sungguh itu sangat membuat depresi."

THE 8TH MEMBER BANGTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang