7

2.6K 218 93
                                    

Author Pov

Ceklek

Ji Na menutup pintu dengan perlahan setelah memasuki ruang meeting yang sudah ada semua member Bangtan, lalu manejer yang biasa mereka panggil "Sejin Hyung" serta beberapa staff  di dalamnya.

Ada Jae Hwa juga di sana.

Pria itu segera menarik salah satu kursi kosong di sebelahnya agar Ji Na bisa duduk dekat dengannya. Jae Hwa rasanya tidak fokus selama bekerja karena terus mengkhawatirkan Ji Na.
Bahkan dia masih belum bisa mencari penari latar lain untuk menggantikan posisi Ji Na.

PD Nim itu selektif sekali. Padahal team Jae Hwa sudah membawa beberapa orang yang bisa dibilang cukup ahli dalam hal menari. Tapi entah mengapa PD Nim memang seperti mencari sesuatu yang lain pada diri mereka.

Saat ini mereka sedang melakukan pertemuan untuk membicarakan konsep BTS pada comeback selanjutnya.

Ji Na yang sebenarnya masih belum paham berusaha mendengarkan dengan baik dan mencerna secara otodidak penjelasan PD Nim saat pria itu berbicara dengan lantang di sebelah pantulan sinar proyektor yang menayangkan segala presentasinya.

PD Nim menjelaskan secara detail tentang makna dari music video yang scenenya mereka ambil dari kutipan novel yang pernah berjaya pada masanya di tahun 1919.

Novel karya Hermann Hesse  dengan genre psikologis dan filosofis yang berjudul 'Demian' tentang kisah seorang anak lelaki yang harus berani mengambil langkah besar untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya. Di mana anak lelaki itu memilih untuk meninggalkan masa kanak-kanaknya untuk bisa menjadi  seorang pria dewasa.

Terdengar sederhana memang, bahkan mungkin bagi beberapa orang theory ini dianggap terlalu delusional atau sangat berlebihan. Tapi ini sungguh sangat cocok dengan image Bangtan yang memang sudah debut saat mereka masih sangat muda yang kini mulai beranjak dewasa.

Dan yang ingin mereka tunjukkan di sini adalah bagaimana sesuatu yang terdengar sederhana pada nyatanya memang selalu tak sesederhana kedengarannya.

"Woah... Ini keren sekali" Komentar Jimin yang di setujui Ji Na dalam hati.

rasanya Ji Na ingin melakukan standing applause melihat bagaimana menakjubkannya konsep album mereka kali ini yang nantinya akan membesarkan nama dan melibatkan dirinya di sana.

"Aniya. Itu bukan namaku. Itu hanya nama samaran. Sadarlah Shin Ji Na! Kau tidak akan terkenal sebagai dirimu sendiri. Kau hanya berperan menjadi orang lain dan akan di kenal sebagai orang lain pula" Batin Ji Na mengingatkan.

Entah kenapa Ji Na merasa ada sedikit rasa sakit  di dadanya saat menyatakan fakta miris itu dalam pikirannya.

Terngiang kembali dalam ingatannya saat Suga mengatakan sesuatu yang membuat hatinya benar-benar terluka beberapa menit yang lalu.

Ji Na tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya oleh siapapun. Tidak ada satupun orang yang pernah bicara sekasar itu padanya. Oke. Pernah, tapi itu bukanlah seorang namja.

Dia pernah di bully oleh senior di kafe tempatnya bekerja yang adalah seorang perempuan. Itu pun hanya sebatas menyinggung bagaimana cara Ji Na bekerja yang menurut wanita itu terlalu lamban.

Tapi setiap kalimat yang dilontarkan  oleh Suga itu seperti menyiramkan air keras pada hatinya.

Bukan hanya karena Suga yang membuat dirinya terlihat sangat rendah, tapi juga bagaimana pemuda itu memintanya untuk kembali bergelayut manja pada orang tuanya.

THE 8TH MEMBER BANGTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang