34

1.4K 131 36
                                    

Author Pov

Disana, Yoora meremat ujung rok yang ia kenakan. Kepalanya tertunduk enggan menatap lawan bicara yang sedari tadi terus menerus melontarkan kalimat yang menyayat hatinya.

"Kau dengar tidak?!" Cerocosnya setelah sekian kalimat yang tak enak didengar itu selesai dilafalkan.

"Ya" sahut gadis itu lemah.

"Jangan iya iya saja. Harus bagaimana lagi aku bicara padamu? Kau yang lebih tua, harusnya kau paham sekali posisi Jungkook. Perkembangan popularitas Bangtan sudah semakin tinggi setiap harinya. Dan dengan apa yang kalian lakukan itu hanya akan menghancurkan semuanya. Semuanya hanya dengan satu malam!" Geram salah satu pria yang menjabat menjadi manajer Bangtan itu.

"Aku mengerti" cicit gadis itu lagi.

"Apa yang kau mengerti? Sejak peringatan terakhirku, kau justru seperti sengaja mengabaikannya. Kau bahkan ikut berlibur bersama mereka. Ya Tuhan?! Bagaimana jika ada paparazi yang menangkap moment itu? Isu-isu akan beredar luas. Para fans akan kecewa. Penjualan album berikutnya bisa saja gagal total. Bangtan akan menerima banyak komentar kebencian. Khususnya Jungkook. Tidakkah kau tahu setiap gerak gerik idol itu amat sangat mempengaruhi eksistensinya? Semua akan dibicarakan. Ditanggapi. Bukan hanya satu dua orang. Jutaan bahkan milyaran manusia yang ada di belahan muka bumi ini. Apa kau tega?"

Lidah Yoora mendadak kelu. Gadis itu terdiam.

"Baik, jika kau merasa bahwa apa yang aku katakan seolah hanya untuk menyudutkanmu saja ... Aku pikir ini akan adil jika aku juga bicara pada jungk---"

"Tidak. Jangan bicara padanya. Aku sudah membuat keputusan. Aku dan Jungkook ... " Lidah Yoora terasa sedikit tercekat.

"Hubungan kami sudah selesai" Lanjutnya kemudian.

Pria itu tersenyum.

"Aku pegang kata-katamu. Jaga profesionalitas kerja kalian. Aku harap kau juga mengawasi staf sejawatmu yang lain. Aku tidak mau hal seperti inu terulang kembali" Kalimat terakhir yang Yoora dengar sebelum sang manajer menghilang dibalik pintu.

-----------------------------------------

"Ah~ Rasanya ingin memakan brownies yang ada di studio. Tapi kenapa kepalaku terasa pusing sekali ya~" Gumam pemuda berkulit seputih susu itu dengan suara yang sengaja di kencang-kencangkan seraya meraba plester di keningnya yang terluka akibat ulah Ji Na di studionya kemarin.

Kini mereka semua sedang berada di ruang dance untuk berlatih tarian baru pada Album selanjutnya.

Sejak tadi Suga sudah amat sangat terlihat seperti bocah paud yang terus terusan mengeluh dengan agak berlebihan. Maka Ji Na akan membantu apa pun yang gadis itu bisa.

Ji Na berdiri dari duduknya.

"Biar aku yang ambilkan" Ujar gadis itu berinsiatif.

"Aku tidak menyuruhmu loh padahal, tapi kalau tidak keberatan menggerakkan tungkai kaki tipis itu ke studioku, aku hanya akan bilang ... "

"Tidak perlu berterima kasih, aku tahu kalau sal--"

"Aku hanya akan bilang... Tolong belikan juga minumannya di kafetaria lantai bawah. Itu saja."

Rahang Ji Na menganga sempurna. Mematung tak percaya pada apa yang Suga ucapkan.

"Biar aku antar" Atensi keduanya kini beralih pada J-Hope yang baru saja mengusap peluh diponinya dengan handuk putih kecil.

THE 8TH MEMBER BANGTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang