17

2.3K 173 56
                                    

Author Pov

"Jadi apa rencanamu?" Jae Hwa, Ji Na dan Yoora kini sedang makan malam di sebuah restoran sederhana dekat gedung Big Hit.
Tepat setelah keluar dari ruangan PD Nim, Jae Hwa meminta izin kepada seluruh member untuk membawa Ji Na makan malam di luar. Kemudian Yoora datang setelah lima menit mereka di sana.

Dan kini Jae Hwa bertanya setelah Ji Na selesai bercerita tentang mereka yang mendapatkan cuti selama satu minggu penuh.

"Aku rindu Ayahku Ahjussi" sahut Ji Na menjawab pertanyaan yang baru saja di lontarkan oleh Jae Hwa.

Pria itu mengangguk. Wajar saja Ji Na rindu, semenjak dirinya disibukkan oleh tugasnya, Ji Na hanya bisa melihat wajah Ayahnya dari layar ponsel Jae Hwa. Itu pun tidak setiap hari.

Hanya sang Ayah lah anggota keluarga yang kini Ji Na miliki. Dia benar-benar merindukan Ayahnya saat ini.

Yoora dan Jae Hwa sempat saling melemparkan pandangan saat Ji Na kedapatan melamun dan hanya mengaduk-ngaduk makanannya tak berselera.

"Kita bisa ke sana" Ujar Jae Hwa lagi. Kini atensi Ji Na beralih sepenuhnya pada Pria itu. Wajah Ji Na berbinar penuh harap dengan senyum yang tertahan.

"Benarkah?" Tanya Ji Na

"Hm. Kau sudah lihat jumlah angka pada rekeningmu? Saatnya memanfaatkan jerih payahmu Na ya~. Aku sudah membuatkan jadwal theraphy Ayahmu dengan Dokter. Kita bisa datang setelah jadwal therapynya selesai." Jawab Jae Hwa.

"Tapi... " Namun kini ekspresi gadis itu sudah berubah drastis. Bahunya menurun dengan bibir yang melengkung kebawah. Sementara Jae Hwa dan Yoora menunggu apa yang akan gadis itu katakan selanjutnya.

"Aku tidak bisa pergi dengan dandanan seperti ini" Ji Na meratapi outfitnya saat itu. Dan dia sadar semenjak menjadi Ji Woo, Ji Na tak memiki pakaian yang pantas untuk seorang gadis pada umumnya.

"Kau bisa memakai pakaianku" Usul Yoora.

Ji Na menggeleng.

"Rambutku, Ayah pasti akan memiliki banyak list pertanyaan tentang rambut serta apa pekerjaanku saat ini. Mengapa aku tidak pernah mengunjunginya dan parahnya aku sangat tidak bisa berbohong jika sudah berhadapan dengan Ayahku" Sesal Ji Na.

Jae Hwa menghela nafas berat. Susah juga berhadapan dengan anak baik-baik seperti Ji Na. Ralat. Gadis kecil itu terlampau baik. Tidakkah Jae Hwa merasa sangat jahat sekarang?

Pria itu menerawang, jika saat sedang berkunjung ke ruang rawat Ayah Ji Na, Jae Hwa mengaku sebagai seorang Boss minimarket tempat Ji Na bekerja yang memberitahu bahwa Ji Na di pindah tugaskan ke luar kota dalam jangka waktu yang cukup lama. Dan sebagai seorang Boss, Jae Hwa mengatakan bahwa ia cukup bertanggung jawab pada Ayah Ji Na.

Walau tidak bisa bicara dengan jelas karena stroke yang di deritanya, Jae Hwa tahu bahwa Ayah Ji Na terlihat sangat sedih dan terharu di saat yang bersamaan. Sebenarnya Jae Hwa juga tidak tega tapi mau bagaimana lagi?

Benar. Ini persis seperti yang Ji Na katakan beberapa waktu lalu.

"Dan selama berada di sini, aku tidak tahu akan seberapa besar kebohongan ini akan berlangsung"

Seberapa besar? Tuhan~ Jae Hwa sendiri bahkan tidak tahu seberapa banyak lagi kebohongan-kebohongan lain yang akan ia ciptakan untuk menutupi satu kebohongan inti jika Ji Na adalah seorang gadis yang ia selundupkan dan berakhir dengan salah jalur sampai menjadi calon member salah satu boy band ternama di negeri gingseng ini.

THE 8TH MEMBER BANGTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang