#21 - TBC #1 (One Day Trip)

593 71 20
                                    

Kalau Ecan tidak mengirim email di tanggal 16 Juli 2019 sore, mungkin Arin lupa kalau besok tanggal 17 Juli 2019. Kalau orang lain lupa hari karena tidak banyak kegiatan yang dilakukan, beda dengan Arin yang terlampau sibuk mengerjakan laporan pertanggungjawaban organisasinya membuat ia lupa hari dan tanggal.

Sontak ketika menerima email tersebut Arin terperanjat dari kasurnya dan hampir membuat macbooknya terjatuh. Arin membuka lemari bajunya dan duduk termenung di depan lemari. Memikirkan pakaian apa yang harus ia gunakan besok. Mengingat Ecan hanya mengatakan di dalam emailnya:

Membuat Arin sore itu juga segera menghubungi Ayi dan mengatakan kalau ia akan menginap di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membuat Arin sore itu juga segera menghubungi Ayi dan mengatakan kalau ia akan menginap di sana.

Arin bergegas mengemas barang-barang yang akan ia bawa. Dengan menggunakan backpack kanken large kuning kesayangannya, ia memasukan barang-barang yang sudah Ecan sebutkan dan beberapa barang tambahan seperti sun glasses. Entah kenapa Arin ingin saja membawa sun glasses tidak ada alasan yang pasti. Tak lupa Arin membawa polaroid lengkap dengan refillnya dan kamera analog yang baru ia beli sekitar dua minggu lalu. Kemudian, selepas maghrib, Arin pergi meninggalkan kosannya menuju apartemen Ayi di Dago.

Sebetulnya Arin penasaran, kemana Ecan akan membawanya pergi? Beragam asumsi bermunculan di kepala Arin, mulai dari Dufan, Pantai Pangandaran, Pantai Carita, atau mungkin ke pemandian air panas di Garut? Tadinya Arin ingin sekali menanyakan hal tersebut pada Ecan, namun Arin yakin Ecan tidak akan memberitahunya. Walaupun Ecan senang bicara dan bahkan suka menggunakan kartu as milik teman-temannya untuk menjahili mereka, namun untuk urusan membuat kejutan seperti ini, Ecan akan diam seribu bahasa. Tatapan merajuk Arin pun tidak akan menggoyahkannya.

Arin pun merebahkan tubuhnya di atas sofa sesampainya ia di unit apartemen Ayi yang kebetulan sedang kosong karena pemiliknya masih belum pulang kerja dari rumah sakit. Di dalam benaknya, Arin terus menerka-nerka kemana Ecan akan mengajaknya pergi ditanggal 17 pertamanya itu. Arin mencoba beberapa kali menelepon Ecan, namun tidak ada jawaban. Kemudian ia berinisiatif bertanya pada Dara, adik perempuan Ecan dan Dara mengatakan kalau Ecan sudah tidur selepas isya tadi.

Layaknya anak sd yang akan pergi melakukan karyawisata esok hari, meskipun rasa kantuk mulai menyerang, Arin tidak bisa memejamkan kedua matanya. Setelah selesai mandi dan mengganti pakaian dengan piyama tidur, Arin memilih untuk menonton beberapa film netflix sampai akhirnya ia tertidur dengan sendirinya sekitar pukul 21.26.

Hari yang dinantikan oleh keduanya pun tiba. Arin terbangun dari tidurnya karena ponselnya berbunyi pada pukul 02.15. Kedua matanya berusaha menahan kantuk dan mengangkat sambungan telepon dari suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya,

"Bangunnnnnnn." terdengar suara Ecan dan gemercik air, menandakan Ecan sedang berada di kamar mandi.

"Hmmmmm. Kok jam segini udah mandi sih? Emang kita berangkat jam berapa?"

"Jam 5 sayaang. Sok mandi makanya."

"Ih dinginnnn. Kita mau kemana sih?" tanya Arin sambil beranjak dari kasurnya dan berjalan terhuyung ke kamar mandi.

CANDIKA (Bejana Puspawarna) - Haechan & RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang