#27 - Hit The Road

400 77 40
                                    

Sekar tentu saja bingung atas perilaku teman laki-lakinya itu, yang tiba-tiba saja menepuk dan mengusap pelan pucuk kepalanya. Karena sejauh yang ia tahu, Ecan memang senang melakukan kontak fisik dengan orang-orang di sekitarnya. Namun, ia tidak pernah melihat Ecan mengusap kepala teman perempuannya, apalagi menyangka kalau hal itu akan terjadi pada dirinya sendiri.

"Permintaan maaf buat yang semalem. Soalnya urang pasti udah ngerepotin."

"Ah enggak ngerepotin kok. Santai aja. Tapi makasih ya, tau aja panas-panas gini emang enaknya minum es." jawab Sekar sambil menyeruput es nutrisari jeruk perasnya.

Ecan ikut mendaratkan tubuhnya di samping Sekar sembari menyelonjorkan kedua kaki jenjangnya, "Maaf pisan kalau kamu jadi ngedengerin urang ngabacot. Malu anjir, demina."

Sekar tersenyum sambil teringat sekilas ocehan Ecan semalam yang cukup membuat dirinya bertanya-tanya, "Enggak, Ka. Lagian aku udah biasa kok dengerin temen-temen aku yang lain suka curhat sambil minum gitu."

Ecan mengangguk pelan sambil menyodorkan baso goreng asin kesukaannya, yang hampir setiap hari ia beli. Bakso goreng itu juga menjadi penganan ringan kesukaan Arin, gadis yang masih ia sayangi dan parasnya masih terus berputar di dalam benak dan pikirannya, setidaknya sampai siang hari itu. Dan penganan ringan  yang tengah ia kunyah itu menjadi salah satu makanan yang terakhir Arin minta. Sebelum keduanya terlibat perang dingin semenjak kejadian penghapusan game di ponsel Ecan.

Komunikasi keduanya tak kunjung membaik. Ecan merasa hubungannya dengan Arin tengah diambang ketidakjelasan. Dan ia pun merasa berjalan sendirian. Namun, ia juga masih belum mengetahui sampai saat itu, ke mana hati dan pikirannya akan membawa hubungan mereka berdua yang telah berjalan selama kurang lebih 15 bulan itu.

Terlalu banyak keraguan yang ia rasakan sampai sesak dan membuat dirinya tidak tahu harus bergerak ke mana. Ia ragu untuk bergerak maju, karena belakangan ini Ecan sedang merasa tidak nyaman dengan serentetan perilaku Arin yang membuat dirinya tidak nyaman. Ada kalanya Arin yang semakin sering merengek ingin bertemu, menggerutu tidak jelas ketika Ecan mengunggah insta story namun tidak membalas rentetan bubble chat dari Arin. Sampai Arin yang hampir beberapa jam sekali memberondong Ecan dengan pernyataan atau pertanyaan yang terkesan memojokan Ecan.

"Asik banget main sama temen bisa, sama aku enggak."

"Kamu inget gak sih kalau kamu masih punya pacar?"

"Sibuk banget nih bapak not-so koordinator sampe gak ada waktu buat bales chat aku."

Tiga di atas hanyalah sebagian dari puluhan bubble chat yang sudah Arin kirim dan Ecan baca melalui notifikasi bar ponselnya saja. Karena sebenarnya, masih banyak lagi pertanyaan dan pernyataan dari Arin yang menghantui Ecan hampir setiap hari.  Hal tersebut membuat Ecan jengah, hingga terkadang ia memilih untuk menonaktifkan notifikasi whatsapp dan imessage-nya.

Dan Arin yang belum mengucapkan kata maaf sejak pertengkaran mereka mulai pecah, yang disebabkan oleh penghapusan game di ponsel Ecan. Perilaku terakhir Arin yang tidak mengucapkan sepatah kata maaf pun berhasil membuat Ecan geram. Karena yang ia tahu, Arin bukanlah seorang yang enggan untuk meminta maaf ketika ia berbuat salah. Di sisi lain, Ecan pun enggan untuk mengucapkan kata maaf karena ia merasa, prahara yang tengah melanda hubungan keduanya ini merupakan salah Arin. Perilaku Arin lah yang memperkeruh suasana yang sudah keruh, semakin keruh dan sulit untuk melihat titik terang di antara hubungan keduanya.

Adapun hal lain yang membuat Ecan juga enggan untuk bergerak mundur, tidak lain tidak bukan adalah jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, Ecan masih menyayangi Arin. Meskipun kini permukaan hatinya tengah diselimuti beragam emosi negatif pada gadis yang menjadi pacar pertamanya itu, di bagian yang sangat dalam, bahkan terlalu dalam sampai orang lain tidak bisa melihatnya pun, ia masih menyayangi Arin. Ada kalanya muncul rasa kasihan dan ingin membantu meringankan beban gadisnya yang ia pun sebetulnya paham bagaimana rasanya dirundung berbagai tenggat waktu. Namun terkadang, Arin tidak selalu menyambut maksud dan tujuan baik Ecan. Respon yang diberikan Arin terkadang membuat--lagi-lagi-- Ecan berang dan rasanya ingin mundur saja.

CANDIKA (Bejana Puspawarna) - Haechan & RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang