#08 - "Oh Temenan? Siap."

386 66 21
                                    

Berawal dari pertemuan pertama, kedua, ketiga, kemudian dilanjut dengan pertemuan-pertemuan selanjutnya yang menjadi sebuah pertemuan rutin. Dari yang sekedar mengantar pulang ke apartemen, sampai mengajak jalan-jalan berdua. Kalau dihitung-hitung, sudah hampir satu bulan setengah keduanya menjalin kedekatan yang bisa dibilang cukup intens. Baik Ecan maupun Arin bukan tipe orang yang senang bercakap-cakap lewat chat.

Keduanya lebih menyukai komunikasi dua arah melalui telepon. Room chat whatsapp keduanya hanya berisikan pertanyaan pulang jam berapa, sudah makan atau belum, pemberitahukan kalau ada gojek yang mengantar makanan, mengabari satu sama lain ketika akan menjemput atau sudah sampai ditempat tujuan. Cerita keseharian keduanya, mereka bagikan melalui telepon atau video call.

Arin ingat betul, bagaimana jantungnya berolahraga, loncat ke atas ke bawah, ke kiri ke kanan, saat pertama kali Ecan mengajaknya melakukan video call. Saat itu keduanya tidak sempat bertemu karena sudah mulai masuk kuliah. Ecan yang kuliah di Bandung dan Arin kuliah di Jatinangor dan keduanya mulai memasuki semester 5, membuat intensitas pertemuan mereka berkurang. Belum lagi keduanya disibukan dengan kegiatan kepanitiaan ospek mahasiswa baru, semakin berkuranglah waktu mereka untuk menghabiskan waktu bersama.

Ketika Ecan mengajaknya melakukan video call, Arin menyembunyikan wajahnya di atas bantal miliknya dan tidak mampu menjawab pesan yang sudah masuk dari Ecan 9 menit yang lalu, sampai akhirnya Ecan melakukan video call langsung tanpa menunggu jawaban dari Arin. Dengan tangan gemetar, Arin mengangkatnya namun tidak menyalakan mode video.

"Kok gak nyalain sih? Nyalain atuhhhh kan video call." Pinta Ecan yang terlihat sudah menggunakan kaos oblong kebesaran berwarna hitam dan rambutnya yang basah, sepertinya baru keramas.

Melihat penampilan Ecan yang seperti itu, bohong kalau jantung Arin tidak berolahraga. Rasanya Arin tidak mau melihat layar handphonenya.

"Malu ih...aku belum mandi. Baru pulang rapat." Jawab Arin pelan.

"Terus kenapa kalau belum mandi gitu? Kuleuheu nyak?" tanyanya sambil tertawa menggoda Arin.

"Nyalain ihhhhhh! Kangen!" kata kangen mencelos dengan sopannya dari bibir Ecan dan Arin berani bersumpah, rasanya ia mau lompat dari kosannya yang berada di lantai 2 ini.

Tak berapa lama kemudian, Arin menyalakan mode video dan melihat Ecan menyunggingkan senyum dari layar handphonenya.

"Nah gitu doooong! Iya ih kuleuheu. Belum mandi ya hahahahaha." Goda Ecan sambil tertawa.

"Tuhkan. Matiin lagi geura." Ancam Arin.

"Ihhhh pundunggg, jangan atuh. Habis rapat apa emangnya? Tanya Ecan sambil membetulkan posisi duduknya.

"Nyiapin buat minggu depan ospek minggu kedua. CAPEK BANGEETTTTTTT tiap hari pulang malem." Keluh Arin.

"Emang berapa minggu ospeknya sih? Kok lama amat?"

"3 minggu, tiap weekend gitu loh Sabtu-Minggu. Di kamu emang udah selesai, Can?"

"Udah di aku mah, seminggu setelah ospek univ tuh langsung di gas ospek fakultas seminggu jeprut. Makanya aku belum ada waktu ke Nangor, soalnya masih sibuk ngurusin LPJ walaupun udah selesai juga." Jelas Ecan sambil mengunyah doritos rasa keju kesukaannya.

"ENAK BANGEEETTTTT CAPEKNYA SEKALIAN. Aku capeknya di ntar-ntar jadi kayak lebih capek gitu loh paham kan?!?! Eh...ya gak apa-apa kali gak ke Nangor juga....gak harus...." Jawab Arin yang tadinya berbicara dengan nada setengah ngegas, menjadi pelan setelah berhasil mencerna pernyataan Ecan.

"Ya harus atuh. Kangen." Jawabnya lempeng sambil masih mengunyah doritos keju yang ada di atas pangkuannya.

Bohong kalau Arin tidak salah tingkah atas pernyataan Ecan.

CANDIKA (Bejana Puspawarna) - Haechan & RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang