#01 - "Kita dulu gitu, ya"

2.6K 197 37
                                    

Sabtu pagi, pukul 05.00, mobil CRV milik Ecan sudah terparkir di lobby apartemen Teh Ayi, kakak sepupu Arin. Bukan tanpa alasan subuh-subuh Ecan sudah menjemput Arin dan tentunya, ia sudah menggunakan kemeja batik dan celana kain warna hitam serta membawa sepasang sepatu pantofel yang belum ia gunakan. Hari itu, sahabat Arin yang tentunya Ecan juga kenal cukup dekat bernama Asmara, akan melangsungkan pernikahannya di Imah Seniman, Lembang. Dan Arin didapuk untuk menjadi salah satu bridesmaid, sedang Ecan sudah tentu menjadi plus onenya Arin.

"Malaikat pindah ya sekarang tinggalnya di Dago apa gimana sih?" ujar Ecan ketika Arin baru saja memasuki mobil CRV yang harumnya sangat khas itu.

"MASIH SUBUH UDAH GOMBAL! AKU JAMBAK YA! Aku belum dandan juga." jawab Arin sambil menjambak satu helai rambut gondrong Ecan.

"Mau dong udah lama gak di jambak. Hahahaha."

"Terserah." Jawab Arin singkat sambil membuka google maps karena baik Arin dan Ecan belum pernah mengunjungi Imah Seniman sebelumnya.

"Arahin ya, aku belum pernah kesana. Jadi gak hapal jalan."

'Iyaaaa. Udah makan belum? Nih, roti."

"Suapin atuh. Hese ieu aku keur nyetir." Jawab Ecan sambil mulai mengendarai mobilnya menuju Lembang. Arin pun menuruti permintaan Ecan.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit dan jalanan juga tidak macet karena masih subuh, Keduanya sampai di Imah Seniman, tempat berlangsungnya pernikahan Asmara. Mereka berdua bergegas turun untuk menuju kamar calon pengantin perempuan, sekedar menyapa Asmara terlebih dahulu sebelum acara di mulai.

"ARAAAAAAAAAA! Ya ampun....Cantik banget...." puji Arin ketika melihat wajah Asmara yang sudah setengahnya terpoles dengan riasan make up.

"Anjir! Calon panganten euy, pangling siah, Ra. Sok hayang ngiluan jadi panganten." sahut Ecan ikut-ikutan.

"Penganten sunat kamu mah. Ra, sumpah tapi lo cantik banget. BA.NGET." ujar Arin sambil dengan melakukan penekanan pada kata banget di akhir kalimat.

"Ini belum jadi make up nya, Rin. Hahahaha, bisa aja lo Can, can. Rin, kalau lo tau dandan, ke kamar sebelah aja. Udah ada Rea sama Andin disana." Jawab Asmara.

"OOOKaaay, Ra. Gue ke-YA ALLAH ECAN SEPATU KAMU MANA?" tanya Arin dengan nada setengah berteriak ketika melihat Ecan ternyata nyeker alias tidak memakai alas kaki.

Mendengar teriakan Arin, sontak semua orang yang ada di dalam kamar Asmara, langsung memusatkan perhatiannya pada Ecan. Yang kini sedang mematung melihat kearah kakinya, yang ternyata sedari tadi tidak menggunakan alas kaki.

"ANJIR! KOK AKU LUPA SIH AH BENTAR AKU KE MOBIL DULU." Jawab Ecan sambil berlari tanpa menggunakan alas kaki menuju mobil untuk mengambil sepatu.

Sontak, seisi kamar Asmara tertawa melihat tingkah laku Ecan, yang setiap harinya selalu saja membuat Arin kaget. Padahal, ini tahun kedua, tepatnya dua tahun lebih empat bulan Arin sudah bersama dengannya.

5 menit kemudian, Ecan sudah kembali dan kini mereka berdua berada di kamar yang dikhususkan oleh Asmara untuk para bridesmaid bersiap-siap.

"Untung kamu sepatunya bener hari ini." Ucap Arin pada sambil fokus berdandan.

"Hehehe. Tadi subuh akuhampir salah ngambil sepatu tau, aku malah ngambil sepatu futsal." Ecan menjawab dengan kekehannya, seperti biasa.

"Lo ngigo apa gimana sih, Can? Hahahaha." Tanya Rea.

"Tunduh keneh anjir. Untung diteriakin si mama cenah aa itu bukan sepatu pantofel! Itu mah sepatu futsal si Cakra. La, aku nyebat dulu ya." Ujar Ecan.

CANDIKA (Bejana Puspawarna) - Haechan & RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang