#23 - TBC #3 (The Warmest Place, ever)

512 71 14
                                    

Tanggal tujuh belas yang ketiga bagi Arin kali ini rasanya cukup berbeda. Karena hari itu jatuh pada hari Rabu, yang mana baik Ecan maupun Arin sudah memulai kegiatan perkulihannya lagi di semester 7. Ecan berusaha memutar otaknya, bagaimana caranya ia tetap bisa membuat Arin bahagia di tanggal tujuh belas seperti biasanya walaupun hari itu jatuh di hari keduanya berkuliah. Beruntung bagi Ecan, di semester 7 ini ia sudah tidak banyak masuk kelas dan beruntung lagi, hari Rabu menjadi salah satu hari libur Ecan disemester ini. Namun tidak bagi Arin, Arin masih harus datang ke kampus dan menghadiri satu kelas disemeter 7 ini.

Pada email yang Ecan kirimkan di tanggal enam belas, ia meminta Arin untuk datang langsung ke rumahnya. Bukan tanpa alasan Ecan menyuruh Arin berangkat sendirian ke Bandung, hal itu karena Ecan sendiri harus mempersiapkan beberapa hal yang ia butuhkan untuk membuat tanggal tujuh belas terasa bahagia seperti dua tujuh belas yang lalu. Arin pun tidak keberatan diminta datang sendiri ke rumah Ecan, karena sebenarnya Arin pun sudah cukup terbiasa menyambangi rumah Ecan seorang diri, bahkan ketika Ecan sedang tidak ada di rumah.

 Arin pun tidak keberatan diminta datang sendiri ke rumah Ecan, karena sebenarnya Arin pun sudah cukup terbiasa menyambangi rumah Ecan seorang diri, bahkan ketika Ecan sedang tidak ada di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hubungan keduanya yang sudah terjalin setahun lebih sebulan itu membuat Arin tidak hanya kenal dan dekat dengan Ecan, namun juga dengan seisi rumah berwarna putih dan berpagarkan hitam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hubungan keduanya yang sudah terjalin setahun lebih sebulan itu membuat Arin tidak hanya kenal dan dekat dengan Ecan, namun juga dengan seisi rumah berwarna putih dan berpagarkan hitam itu. Penghuni rumah pun sudah tidak asing lagi apabila ada mobil jazz warna putih bertengger di depan rumah mereka, menandakan bahwa ada Arin yang siap merusuhi rumah itu. Arin sering menghabiskan waktunya di rumah Ecan dengan bermain bersama Dhira, adik bungsu Ecan bahkan kadang membantu Dhira menyelesaikan pr-nya. Kalau Dara dan Cakra sedang libur kuliah atau pulang kuliah lebih awal pun Arin sering menghabiskan waktu untuk sekedar bertukar cerita di ruang keluarga sambil makan keripik kentang manohara kesukaan mereka. Bahkan, Arin tak jarang merengek pada Bu Sri, mamanya Ecan, minta dibuatkan sayur kacang merah kesukaannya.

Seperti siang ini, mobil Arin sudah terparkir di depan rumah Ecan. Sesaat setelah itu, Arin langsung turun dan berlari masuk ke salah satu tempat yang selalu membuatnya terasa aman dan nyaman, selain kamar kosannya. Dilihatnya di sana ada Pak Boy, papanya Ecan yang sedang menyapu ruang tamu dan Arin pun langsung menghampiri beliau yang cukup membuat ayah empat anak ini terperanjat sambil mengelus dadanya,

CANDIKA (Bejana Puspawarna) - Haechan & RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang