Kebetulan hari itu hari Sabtu. Baik Ecan maupun Arin sama-sama tidak memiliki kelas yang harus mereka hadiri di pertengahan semester 6 ini. Biasanya, hari akhir pekan keduanya dihabiskan dengan saling mengunjungi satu sama lain atau menjelajahi aneka ragam kuliner yang belum mereka cicipi.
Sejak 4 hari lalu, Arin sudah meminta Ecan untuk mengantarnya ke Jakarta guna menghadiri acara arisan bulanan rutin dengan peer group SMAnya. Kalau dihitung-hitung, Arin sudah absen selama 5 bulan karena kesibukannya di kampus sehingga tidak bisa hadir langsung ke Jakarta. Ecan pun menyanggupi karena memang kebetulan ia tidak punya jadwal apapun di hari Sabtu itu.
Sejak 4 hari yang lalu pula Ecan sudah mengetahui kemana destinasi yang akan disambangi olehnya dan Arin, yaitu salah satu hotel berbintang lima di kawasan Asia Afrika, Jakarta. Yang mana Ecan tahu betul itu bukan hotel biasa. Bukan hotel yang biasanya ia sambangi untuk buka bersama all you can eat di Bandung dengan kisaran harga 100 ribu-200 ribu.
Hal tersebut membuat Ecan agak bingung harus menggunakan pakaian seperti apa. Ecan membuka lemari bajunya lebar-lebar dan menyisir satu persatu, apakah disana ada 1 pasang pakaian yang bisa ia gunakan untuk hari Sabtu. Yang ia lihat hanyalah jajaran kemeja flanel, kemeja polos, kaos polos, kaos distro, celana boxer dan celana jeans. Ia pun bergegas berlari menuju kamar adik laki-lakinya, Cakra guna mencari barang kali Cakra punya jenis pakaian lain yang bisa ia pinjam.
Disisirnya lemari pakaian Cakra yang kebetulan sang empunya sedang tidak ada di rumah itu dan ternyata di dalam sana terdapat blazer polos berwarna navy. Ecan menghembuskan nafas lega sambil mengusap dadanya dan segera mencoba blazer milik adiknya itu.
Lagi-lagi Ecan bisa bernapas dengan lega ketika blazer milik Cakra ternyata pas dan cocok dikenakan di tubuhnya. Tugasnya sekarang tinggal mencari inner berupa kaos. Ia ingat seminggu lalu ia baru membeli kaos baru dari salah satu brand lokal di Bandung yang belum ia buka dari plastik.
Setelah ia mencoba semua pakaian yang ia temukan di lemarinya & Cakra, ia mengirimkan fotonya yang berdiri di depan kaca full body milik Dara pada Arin.
Ecan:
Beb liat
(sent a picture)
Arin:
Wuidih mau kemana?
Ecan:
Aneh gak?
Arin:
Nggak! Bagus kok cocok.
Mau kemana ih?
Ecan:
Ngga kemana-mana
Buat ntar nganter kamu arisan hari Sabtu.
Hahahaha.
Arin:
Ya Allah hahaha
Udah bagus kook!
Ecan:
Okelah aman ya berarti
Oh ya beb, kan tadinya aku teh mau minjem mobil papa, tapi ternyata gak bisa soalnya si papa mau workshop ke Bogor dari Jumat-Minggu :(
Pake mobil kamu gak apa-apa gak?
Bensin ntar seteng-seteng aja kayak biasa.
Arin:
Ya gak apa-apa dong, Caaan. Siap bensin mah kayak biasa aja.
Ntar paling aku dari Jumat abis kelas nginep di Teh Ayi biar kamu nyampernya gampang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDIKA (Bejana Puspawarna) - Haechan & Ryujin
FanfikceTentang semua yang tidak terduga. Tentang makna kata "akhirnya". Tentang dua insan yang bertemu di tempat yang tak pernah mereka duga dan siap mengarungi asa bersama. **Cerita ini mengandung percakapan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda**