"Kalo gue kasih tau si Zara, mungkin dia udah ngegas kesini kali," Anindya bergumam sendiri, mengingat betapa bucin nya Zara dengan band Enam Hari ini. Tapi, dia harus menghargai privasi dari Jae dan keempat sahabatnya yang sepertinya sedang mempersiapkan comeback band mereka yang digadang-gadang akan dilakukan pada awal tahun.
Makanya sebagai tuan rumah yang baik dan juga demi kelancaran ide-ide mereka dalam menciptakan sebuah lagu, Anindya rencananya mau menyiapkan beberapa cemilan dan minuman untuk menemani kesibukan mereka.
Tapi sayangnya, tidak ada stock makanan dan minuman di kulkas. Anindya baru ingat kalau dia belum belanja bulanan.
"Lah, lupa gue, sekarang tanggal berapa ya?" ucapnya sembari menutup pintu kulkas.
"Yaudah lah sekarang aja gue belanja, daripada mereka kelaparan."
Anindya pun memasuki kamarnya sebentar untuk mengambil dompet kemudian keluar lagi.
"Kemana Nin? Kelihatannya kek buru-buru," kata Genta yang pertama kali menotice keberadaan Anindya saat melewati ruang keluarga.
"Mau ke super market, Bang. Mau nitip?" tawar Anindya.
"Malem gini?" tanya Sakhi.
"Sendiri?" lanjut Brian.
"Nih suami," kata Danish sembari menunjuk Jae membuat Genta, Brian, dan Sakhi mati-matian menahan tawa. Itu anak benar-benar sudah menabuh genderang perang dalam menjalankan misi.
Jae diam sembari menatap datar Anindya.
"Yaudah lah Nin, kuy sama gue, mau beli rokok juga," ujar Brian sembari beranjak dari duduknya, berinisiatif memancing Jae. Danish tersenyum lebar karena Brian menjadi pengikut pertamanya dalam misi ini.
Anindya bingung, dia menggaruk tengkuknya, canggung.
"Bang Bri, inget ya Anin istri orang, izin dulu sama suaminya," tambah Genta, menjadi pengikut nomor dua.
Sakhi sendiri hanya tertawa ganteng sambil geleng-geleng kepala. Adik-adiknya ini memang sangat pro dalam hal sindir-menyindir, julid-menjulid, makanya gak perlu briefing dulu buat menjalankan misi ini. Semuanya spontan dan natural.
"Gak, Anin gue yang temenin, gak caya gue sama lu, Bri," kata Jae. Dia mengambil topi dari atas meja kemudian beranjak berdiri sembari memakai topi itu.
Tingkah Jae satu ini tentu saja menjadi sorotan sahabat-sahabatnya. Nah kan, tsundere dia tuh, mana harus dipancing dulu. Sedangkan Anindya hanya melongo ditempat, hari ini dia sudah banyak dikejutkan dengan perilaku 'aneh' dari Jae.
"Dih, gue gak bakal ngapa-ngapain juga kali, gak tertarik jadi perbisa," ucap Brian.
"Perbisa naon, Bang?" tanya Genta mendongak karena posisinya dia duduk di sofa sedangkan Brian berdiri didepannya.
"Perebut bini sahabat,"
Jae mendelik, "emang kita sahabatan?"
Brian menoleh pada Jae dengan tatapan 'hah' gitu. Jadilah mereka tatap-tatapan, melupakan kehadiran Anindya yang kesal ingin segera ke super market daripada harus menyaksikan drama tidak penting seperti ini.
Sakhi berdecak kesal, masa gini aja harus debat dulu? Kasihan tau Anin udah nunggu, nanti keburu makin malam.
"Udah, Bang Jae sana temenin Anin, udah paling halal dah," Sakhi melerai karena sudah lelah.
"Jangan lupa pake masker, Bang! Nanti comeback lagi di akun dispaturah," Danish mengingatkan. Dia masih ngakak dengan artikel-artikel tentang Jae dan Anin tempo hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married
General FictionAnindya Mootiara Soebjakto tidak pernah mengira akan menikah di usianya yang baru menginjak 19 tahun dengan Zabdan Akandra Nawasena atau yang lebih dikenal dengan panggilan Jae, gitaris band Enam Hari. Start : Senin, 8 Juni 2020