10. GUGAT CERAI

891 128 10
                                    

Ada yang masih nungguin cerita ini? Huhuhu maaf ya baru update😪

🎶

Jae dan Anin kini sudah berada di apartemen. Mereka masing-masing menenteng dua keresek putih, ada yang berukuran besar ada juga yang biasa. Sebenarnya Anindya kalau belanja pasti bawa tas sendiri, cuman malam ini dia kelupaan.

Di ruang keluarga, lebih pantasnya ruang TV saja kali ya soalnya Anindya dan Jae tidak pernah yang namanya duduk berdua sambil nonton atau sekedar ngobrol disini. Anindya lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar, kamar, dan kamar. Sedangkan Jae, dia bisa dimana saja, kadang-kadang dia sampai tertidur di ruang TV karena semalaman habis main PS atau di studio mini miliknya.

Oke jadi di ruang TV hanya ada Sakhi dan Danish yang duduk manis sembari menonton sinetron kesayangan ibu-ibu zaman now, silahkan tebak sendiri judulnya ya dan disana tidak ditemukan keberadaan Brian dan Genta. Kemanakah mereka?

"Brian sama Genta kemana?" tanya Jae sembari melewati ruang TV menuju dapur.

Danish menoleh sebentar pada Jae, "studio," katanya kemudian mengalihkan perhatian nya lagi pada layar televisi yang tengah menampilkan sosok Mbak Andini Karisma Putri itu. Beuh ini si Danish udah kek di rumah sendiri.

"Banyak banget belanjaannya," ucap Sakhi yang baru sadar segede apa keresek yang dibawa Jae.

"Belanja bulanan, Bang." Nah, Anindya angkat suara. Sepertinya dia akan membiasakan diri untuk enggak canggung lagi di depan member Enam Hari. Soalnya mereka juga kek welcome aja gitu ke Anindya, masa dia malah canggung atau nyuekin kan enggak banget. Hm, Mbak Anin padahal sama suaminya sendiri juga gitu.

"Seru banget ya nikah bisa belanja bulanan bareng," celetuk Danish sembari menyusul mereka ke dapur. Padahal ini baru pertama kalinya mereka belanja bareng, bisa dibilang agak terpaksa dan enggak terencana sih.

Jae dan Anindya enggak menanggapinya. Mereka malah sibuk mengeluarkan barang-barang belanjaan ke atas meja makan.

Tahu diri cuman ngeliatin, Danish pun ikut turun tangan membantu mereka. Ternyata belanjaannya sampai menuhin meja makan. Gila, ini sih mau buka warung, begitu lah batin Danish berkata.

"Pesanan gue yang mana Bang?"

Jae mendelik kemudian berdecih, "kek yang ngasih duit aja," membuat Danish cemberut. Ya ampun nih orang suka gak inget umur.

"Dibeliin kok Bang, sans lah," kata Anindya sembari menyodorkan keresek putih yang belum dibuka. Oke ralat guys, belanjaannya melebihi meja makan, soalnya ada yang masih ditaruh di atas kursi.

Wajah Danish langsung cerah, dia mengambil keresek putih itu sambil cengengesan, "hehehehe makasih ya, duitnya gak perlu digantikan? Enggak lah ya, oke gantinya gue doain semoga keluarga kalian sakinah mawadah warahmah dan segera dikasih anak-anak yang gemoy kayak gue," katanya bak sedang ngerapp.

Jae dan Anindya kompak shock begitu mendengar doa terakhir dari Danish. Jae langsung ancang-ancang untuk menghajar Danish, tapi Danish nya udah keburu lari sedangkan Anindya malah mematung ditempat.

Doanya gak salah sih, cuman entah kenapa ada yang aneh dengan perasaan Anindya. Jae pun begitu, lagian apaan sih Danish pake kalimat gemoy kayak dia, disini kan yang jadi suaminya itu Jae ya pasti kayak Jae lah. Eh, memangnya pernikahannya bakal mengalami fase punya anak gitu? Selamat ber-overthinking wahai Jae & Anin.

"Maklumin aja ya, Danish gitu orangnya," ucap Jae yang mager buat ngejar Danish yang udah membagikan makannya pada Sakhi di ruang TV.

Anindya tersentak, "ah iya, gapapa. Gak salah juga kok ngedoain orang lain, lagian doanya juga baik-baik," katanya sambil mendudukkan tubuhnya pada kursi yang kosong tanpa belanjaan.

We Got Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang