Sebenarnya acara arisan keluarga sudah selesai tadi sore, beberapa anggota keluarga juga pada pulang ke rumah masing-masing. Menyisakan kedua anak Papa Adhi dan Mama Darin beserta pasangannya masing-masing.
"Kalian nginep aja ya disini ?" Kata Mama Darin tiba-tiba. Padahal Jae sudah ingin pulang, dia masih punya hutang istirahat.
"Udah lama lho kita gak ngumpul sekeluarga. Mama kangen kalian." Lanjut Mama Darin saat Jae baru saja akan membuka mulut untuk protes.
Mendengar ucapan Mama Darin tadi, Jae terhenyak. Mamanya kangen dan selama ini dia enggak nyadar. Jae ternyata sudah terlalu sibuk.
"Mbak sama Mas Malik emang dari awal mau nginep Ma, Pa. Toh anak-anak libur sekolah." Ucap Mbak Jessya.
Jadi, Mbak Jessya alias kakaknya Jae ini sudah menikah dan dikaruniai dua anak laki-laki. Suaminya itu Mas Malik sedangkan anak-anaknya adalah Nakula si sulung yang udah kelas 4 SD dan si bungsu Sadewa yang baru masuk SD.
"Kalo Jae gimana ?" Tanya Papa Adhi.
"Jae sih mau-mau aja, cuman takutnya Anin kan lagi banyak tugas."
Merasa terpanggil, Anin menoleh pada Jae. Mereka seolah-olah melakukan diskusi lewat sorotan mata.
"Enggak kok, kan kata Anin juga tadi deadline tugasnya masih lama." Ucapnya padahal dia lebih takut Jae tidak bisa beristirahat.
Huh, pada tsundere.
🎶
"Jae, mendingan kamu istirahat aja sana !" Ucap Mama Darin begitu mereka selesai makan malam dan sedang santai di ruang keluarga.
Posisinya Papa di sofa single size, Mama Darin di sofa panjang sebelahnya, juga Jae, Anindya, Mbak Jessya, Mas Malik, dan anak-anak yang lebih memilih untuk duduk lesehan di karpet.
Jae yang matanya sipit itu makin gak kelihatan karena menahan kantuk.
"Lah kata Mama kan kangen ngumpul, masa Jae tinggal ?" Tanyanya dengan sebelah mata yang terbuka. Posisinya dia itu lagi bersandar pada sofa yang Mama Darin duduki.
Mama Darin tersenyum kecut, "ya percuma Jae anakku, kita ngumpul tapi kamunya kurang fokus gitu." Katanya gemas.
"Om Jeje kalau ngantuk ngaku aja sih, biar cepet." Nakula angkat bicara tanpa menoleh pada Om nya, ia terlalu sibuk mengerjakan PR. Ya, anak sulung Mbak Jess ini emang kelewat rajin, lagi libur aja itu tugas sekolah dibawa-bawa.
Jae memicingkan matanya, "dih anak kecil."
"Udah Oom sama Tante istirahat duluan, biar besok bisa main sama kita-kita." Tambah Sadewa yang lagi menggambar, jiwa-jiwa arsitek dari Mas Malik sepertinya akan menurun pada si bungsu.
Jae berdecih, "yang mau main sama kalian siapa ?"
Nakula dan Sadewa kompak cemberut dan menghentikan aktivitas mereka sejenak.
"Beneran ya Bang kata Om Jevan, Om Jeje ini ngeselin." Ucap Sadewa yang diangguki oleh Nakula.
"Apa sih kalian kok baru nyadar ?" Tanya Mbak Jessya sok dramatis. Ibu-anak ini sama saja.
"Oom Jae jangan diajak ke kebun binatang, Ma. Tante Anin aja." Adu Sadewa.
Jae mengangkat sebelah alisnya, "yang mau ke kebun binatang siapa emangnya ?"
Semua orang kompak mendengus kesal. Ngobrol lama-lama gak ada yang nyangkut di ingatan Jae.
"Tuh kan kamu gak fokus, dari tadi kan kita ngobrolin itu." Kata Mama.
"Batu banget sih di bilangin, kalau capek ya bilang capek adikku sayaaaaang."
"Oke, Jae ngantuk mau tidur." Ucapnya sembari beranjak menuju kamarnya di rumah ini yang sudah lama tidak ditinggali.
"Tante Anin enggak ngantuk ?" Tanya Nakula sembari membereskan peralatan belajarnya berselang beberapa menit setelah Jae memasuki kamar.
Anindya yang sedari tadi diam menyimak pun menggeleng, "enggak, Tante gak ngantuk."
"Kamu udah ngantuk Bang ?"
"Iya nih Wa, Abang udah ngantuk." Ucapnya, "Ma, Abang udahan dulu ya belajarnya ?"
Mbak Jessya tergelak, "ya ampun Nakula, emang siapa yang suruh kamu belajar dari tadi Nak ?"
Nakula menggeleng sambil tersenyum lebar. Anindya jadi gemas dibuatnya. Padahal dia tipe orang yang tidak suka anak kecil, sama seperti Jae.
"Dewa juga udahan ah gambarnya, mau tidur biar besok gak terlambat bangun kan mau ke kebun binatang."
Berhubung yang lain juga pada beranjak menuju kamar masing-masing, Anindya pun menyusul Jae.
Dia mengetuk pintu terlebih dahulu hingga terdengar suara Jae dari dalam yang menyuruhnya masuk.
Anindya pun memasuki kamar. Jae sudah siap tidur dengan setelan piyama yang dipakainya. Sedangkan Anindya masih berdiri bingung karena gak bawa baju ganti.
"Di lemari ada kaos oversize sama celana training, pakai aja." Ucapnya dengan kedua mata terpejam.
Anindya melangkahkan kakinya menuju lemari besar nan aesthethic yang berada disudut kamar. Ia membuka lemari kemudian mencari kira-kira baju mana yang bisa ia pakai untuk tidur. Ukuran baju Jae itu hampir 3× lipat ukuran baju Anindya yang mungil ini.
Sepotong kaos oversize putih polos dan celana training kebesaran milik Jae sudah ada ditangan Anindya. Segera ia menggantinya di kamar mandi dan kembali lagi ke kamar setelah mencuci muka (karena Anindya selalu membawa facial wash nya kemanapun), menggosok gigi (menggunakan sikat yang kayaknya masih baru), dan cuci kaki.
Kini kebingungannya muncul lagi mengenai tempat dimanakah Anindya tidur. Jae sendiri sudah tidur kayaknya.
Kamar Jae ini tidak begitu luas, hanya ada kasur king size, lemari pakaian, lemari koleksi mainan saat kecil dan tempat pajangan gitar juga meja belajar. Enggak ada sofa sama sekali. Eh ada sih di balkon, tapi sayangnya kursi kayu.
"Kalau mau tidur ya tidur aja, gak bakalan diapa-apain juga." Ucap Jae tiba-tiba dengan mata tertutup. Anindya heran, dia itu sadar apa ngelindur sih. Maka dari itu, Anindya tetap berdiri di tempat sembari berkacak pinggang.
Jae membuka matanya, "kalau salah satu dari kita ada yang tidur diluar, mau ditanya macam-macam sama orang rumah ?"
Anindya menghela nafas berat. Cuman untuk malam ini, batinnya. Dengan langkah ragu, Anindya mendekati kasur kemudian merebahkan tubuhnya disana, disamping Jae yang tertidur memunggunginya. Dia menarik selimut hingga sampai ke dagu dan ikut tertidur. Ini adalah malam pertama bagi pasangan suami istri yang sudah tiga bulan berumah tangga itu tidur seranjang.
🎶
Hah adalah kata pertama yang diucapkan oleh Anindya saat terbangun. Dia terkejut karena bangun dalam pelukan erat Jae yang masih terlelap. Bahkan deru nafas hangat Jae sangat terasa pada keningnya. Apakah ini alasan yang membuat Anindya tidur nyenyak semalaman ?
🎶🎶🎶
Jangan lupa vote & komentar 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married
General FictionAnindya Mootiara Soebjakto tidak pernah mengira akan menikah di usianya yang baru menginjak 19 tahun dengan Zabdan Akandra Nawasena atau yang lebih dikenal dengan panggilan Jae, gitaris band Enam Hari. Start : Senin, 8 Juni 2020