"Dy?"
Anindya yang tengah berdiri sendiri di balkon kamar menoleh sekejap pada Jae yang memanggilnya.
"Kemarin katanya dingin." kata Jae sembari memeluk bahu Anindya dari belakang.
Anindya terkekeh. Pasalnya kemarin malam dia mengeluh cuaca Bandung dingin sekali, eh malam ini saat pergantian tahun dia malah bengong sendiri di balkon padahal cuma pakai kaos tipis.
Anindya memegang lengan Jae. "Kan udah adaptasi." elaknya.
"Adaptasi sih adaptasi, cuma sekarang udah 18° lho, sayang. Lagian ngapain malem-malem gini diluar, hmm?" tanya Jae sembari menundukkan kepala, menatap Anindya dari samping.
Anindya agak menahan napas karena wajahnya dengan wajah Jae hanya berjarak beberapa sentimeter saja. "Aku lagi liatin langit, malem ini keknya cerah banget. Bintang-bintangnya jadi keliatan tuh."
Jae mengikuti arah pandang Anindya. Betul juga, langit malam ini begitu bersih. Bintang-bintang nampak kerlap-kerlip begitu cantik. Tapi menurut Jae sih perempuan disampingnya jelas lebih cantik ya.
"Apa karena ini malam tahun baru ya Mas?" tanya Anindya sembari mengangkat kepala agar bisa melihat wajahnya Jae.
Jae menunduk. "Bisa jadi."
"Semoga ya? Semoga jadi awal yang baik ditahun baru ini." kata Anindya.
"Aamiin."
Setelahnya mereka berdua terdiam dengan mata yang masih saling menatap.
"Anindya?"
"Hmm?"
Entah ada angin apa, secara tiba-tiba Jae mendekatkan wajahnya pada Anindya. Dekat sekali, sampai deru napas Jae terasa seperti menggelitiki wajah Anindya.
Anindya sampai menahan napas. Dalam hatinya ia menerka-nerka, Jae mau ngapain sih? Soalnya degup jantungnya sudah tidak bisa santai nih.
"Izin ya?"
Anindya cengo. Jelas sekali ia paham ke arah mana maksud dari pertanyaannya Jae itu. Anindya bingung bagaimana menjawabnya. Jadinya dia memilih untuk diam saja.
Mungkin karena melihat tidak ada penolakan dari Anindya, Jae pun makin mengikis jarak antara keduanya. Tangan yang semula memeluk bahu istrinya itu telah berpindah, kini berada di pinggang kecil Anindya.
Sudah tak ada lagi jarak diantara keduanya, Jae pun menempelkan bibirnya pada bibir Anindya dengan kedua mata mereka yang terpejam. Tak ada pergerakan dari keduanya selama beberapa detik dan setelahnya Anindya malah menjauhkan wajahnya dari Jae.
Jelas sekali raut salah tingkah dari keduanya, terutama Anindya. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Anindya segera masuk ke kamarnya meninggalkan Jae yang masih berdiri dibalkon.
Jae tergelak melihat kelakuan istrinya yang nampak menggemaskan itu. Jae paham kok, Anindya pasti terkejut dengan hal yang terjadi beberapa saat tadi. Dia pun menyusul Anindya ke kamar, mengingat waktu sudah larut malam dan suhu Bandung yang semakin rendah walaupun tadi sempat panas sedikit sih tapi hanya diantara keduanya, hehehe.
"Tadi gue ngapain sih? Itu tadi kiss? First kiss gue dong? Aaaaa Mamiiiii. Tapi kan gak papa? Ya emang sih dia laki gue, tapikan ihhhhhh. Arrrgh, malu gue."
Kira-kira begitulah gerutu Anindya setelah merebahkan tubuhnya diatas kasur. Dia menarik selimut hingga sampai ke telinganya, guna menyembunyikan wajahnya yang memerah. Begitu Jae masuk ke kamar, Anindya segera menyamping membelakangi Jae. Rasanya dia seperti tak ada nyali bahkan untuk sekadar melihat wajah Jae saat ini.
"Gosok gigi sama cuci kaki dulu, Sayang!" kata Jae biasa-biasa saja seolah-olah tidak terjadi apapun sebelumnya. Padahal, aslinya dia grogi juga cuman dia mencoba untuk tidak memperlihatkannya.
Anindya sendiri hanya diam saja, dia malah pura-pura tertidur. Jae tentu saja tahu. Dengan usilnya, dia malah menunduk mendekati wajah Anindya dengan tangan yang mengungkung dikedua sisi tubuh istrinya itu.
Anindya yang merasa tak nyaman dengan posisi ini langsung menutup kepalanya dengan selimut.
"Udah tidur nih?" ledek Jae, dia malah duduk ditepi ranjang dimana Anindya berbaring.
"Ck, iya ini mau ke kamar mandi." ucapnya tanpa beranjak dari kasur. Soalnya Jae ngeselin banget duduknya dekat sekali dengan tempatnya berbaring. Anindya kan tengsin ya mau bangun juga.
"Kamar mandi di mimpi ya?" ledek Jae.
"Mana ada, makanya minggir dulu ihhhh."
Jae tertawa, setelahnya ia berpindah tempat dan Anindya pun baru berani menyibakkan selimutnya serta segera ke kamar mandi.
Jam dinding menunjukkan pukul 1. 23 WIB. Suhu pun makin rendah rasanya. Jae menatap Anindya yang berbaring disebelahnya hanya mengenakan kaos tipis, tampak tak kedingingan sama sekali. Walaupun begitu, Jae tetap merapatkan tubuhnya pada Anindya.
"Sayang, maaf ya soal tadi." bisik Jae mengingat bagaimana keterkejutan dari wajah Anindya tadi.
"Maaf?"
"Yaaa takutnya kamu gak nyaman."
Anindya menghela napas sejenak kemudian berbaring miring menghadap Jae.
"Gini ya Mas, hal tadi tuh wajar kan ya? Maksudnya buat pasangan halal gitu. Aku bukannya gak nyaman, lebih tepatnya aku kaget aja. Tadi itu pertama kalinya, aku belum biasa. Lagian kamu udah minta izin juga."
Anindya begitu ekspresif ketika berbicara, makanya Jae sampai tak mengalihkan pandangannya sedetik pun.
Jae menyangga kepalanya dengan tangan. "Oh jadi tadi tuh diizinin?"
"Tau ah, males." kata Anindya sambil berbalik memunggungi Jae. Aslinya dia takut salah tingkah lagi, kan malu.
Jae malah gencar mendekat. "Aku izin lagi ya, biar terbiasa." godanya. Oke, sekarang ini hobinya selain gitaran adalah menggoda Anindya.
"Ngelunjak dih."
"Lho katanya tadi belum biasa? Makanya yuk dibiasain!"
"Gak tau, ngantuk."
"Kamu mah ngantuk suka dijadiin kambing hitam."
"Berisik Mas, udah malem."
Sebenarnya Jae masih ingin terus menggoda Anindya, tapi kasihan juga sama istrinya.
"Yaudah, tidur deh." Kata Jae sembari puk-puk kepala Anindya. "Jangan lupa baca doa, mimpi indah, istri!" bisiknya kemudian mengecup kepala Anindya dari belakang.
Yah yah yah, Anindya makin gak bisa tidur kalau gini caranya. Lagian Jae kenapa sih? Gampang banget bikin hati Anindya acak-acakan. Apalagi setelah selang beberapa detik, Jae malah memeluknya dari belakang.
Anindya mengusap pelan tangan Jae yang melingkar diperutnya. Walaupun ngeselin, Anindya bersyukur sekali punya suami yang selalu menanyakan dan mengutamakan kenyamanannya. Dipergantian tahun ini, Anindya melangitkan doa, semoga rumah tangganya dengan Jae senantiasa Tuhan jaga. Semoga.
🎵🎵🎵
Part ini aku tulis sambil dengerin lagu day6 - only
hehehe halo guys!
masih nungguin cerita ini gak?jangan lupa vote & komentar!
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married
General FictionAnindya Mootiara Soebjakto tidak pernah mengira akan menikah di usianya yang baru menginjak 19 tahun dengan Zabdan Akandra Nawasena atau yang lebih dikenal dengan panggilan Jae, gitaris band Enam Hari. Start : Senin, 8 Juni 2020