"HAAH?" teriak Anindya begitu ia bangun dari tidurnya dan mendapati sesosok lelaki yang tertidur pulas disampingnya tetapi kalau dilihat-lihat wajahnya mirip Jae. Apa ini jin qorin? Eh astaghfirullahaladzim, jangan sampe! Tapi jika emang manusia, kenapa teriakan Anindya yang super menggema itu enggak membangunkannya. Dia makhluk apa?
Anindya menutup mulutnya dengan telapak tangan kirinya kemudian mengubah posisinya menjadi duduk. Dengan agak takut, tangan kanannya terangkat untuk menyentuh lengan makhluk yang mirip Jae itu.
Ah, tersentuh ternyata. Anindya menghela napas lega karena yang disampingnya ya manusia. Tapi, tak berselang lama kedua bola matanya membulat.
"NGAPAIN DIA TIDUR DISINI?" pekik nya tertahan. Padahal lumrah banget ya pasutri tidur bareng. Anindya yang kaget itu kemudian mengecek pakaian yang ia pakai. Aman-aman aja kok. 'Heh, Anindya, kamu mikir apa?' begitu kata akal sehatnya.
Anindya menggeleng cepat. Dia meraup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Seingatnya, semalam dia sedang mengerjakan tugas di meja belajar dan gak pernah pindah ke kasur.
Kedua bola matanya mengedar ke seluruh penjuru kamar. Di meja belajar, semua terlihat rapi. Baik buku, laptop, atau alat tulis lainnya, gak ada yang aneh kok. Tapi, perasaan semalam dia gak ngerasa pernah beresin meja belajar deh.
HAH? Anindya kembali melotot.
"Ini gue mimpi atau apaan sih?"
"Enggak, ini nyata."
Anindya tersentak kaget kemudian menoleh pada Jae yang berada disampingnya. Dengan mata yang tertutup, tapi orang itu berbicara. Ngelindur Mas nya?
"Saya gak ngelindur," kata Jae kemudian membuka matanya lalu ikut mendudukkan tubuhnya.
Lah? Cenayang?
"Maaf."
"Hah?"
Tolonglah, kenapa Anindya jadi gagap begini.
"Saya tidur disini, anak-anak pada nginep."
Anindya yang canggung hanya bisa bilang 'oh'.
"Semalem buku-bukunya saya yang beresin. Jangan sering nunda tugas, kalo ada yang gak ngerti bisa nanya," katanya kemudian beranjak dari kasur dan melangkah keluar kamar.
Anindya mengangguk lagi. Dia speechless aja dengan sikap Jae yang kian hari semakin.....aneh?
🎶
"Tidur nyenyak, Bang?" tanya Danish yang sudah duduk santai di sofa dengan Sakhi yang masih tertidur pulas diatas karpet didekatnya saat Jae baru keluar dari kamar Anindya.
Jae berdecih, agaknya dia masih kesal dengan ulah Danish yang membuatnya harus tidur dengan Anindya. Gak masalah sih sebenarnya, soalnya mereka juga kan pasangan halal. Cuman kan, liat aja tadi reaksi Anindya sampai teriak gitu. Emangnya Jae hantu?
"Lu kalo mau nginep, bilang dulu kek sama gua," omel Jae sambil mendudukkan tubuhnya di sofa single size.
"Ngapain bilang? Katanya harus nganggep kek rumah sendiri," elaknya.
"Siapa bilang?"
"Elu lah."
"Kagak, mana ada."
"Wah lu pura-pura amnesia," kata Danish sambil menggelengkan kepalanya, dramatis.
"Apa sih malem-malem gini ribut?" ucap Sakhi melerai tapi dengan mata yang masih terpejam. Posisinya pun masih berbaring.
"Malem mata lu, ini bentar lagi subuh kali," ucap Jae membuat Sakhi terperanjat seketika, rasa kantuknya pun seolah-olah langsung sirna. Apalagi begitu terdengar sayup-sayup suara adzan dari mesjid agung dekat apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married
General FictionAnindya Mootiara Soebjakto tidak pernah mengira akan menikah di usianya yang baru menginjak 19 tahun dengan Zabdan Akandra Nawasena atau yang lebih dikenal dengan panggilan Jae, gitaris band Enam Hari. Start : Senin, 8 Juni 2020