Belakangan ini Anindya seringkali kehujanan saat pulang dari kampus. Yah, cuaca Jakarta emang gak bisa ditebak. Padahal kegiatan perkuliahan lagi hectic banget. Anindya jadi lebih sering menghabiskan waktu di luar ketimbang di apartemen. Bayangkan saja, saat mendekati UAS tugas-tugas malah membludak. Tak hanya tugas individu namun juga tugas kelompok yang mana deadline-nya berdekatan. Makanya Anindya sering pulang malam. Sejauh ini dia enggak kenapa-napa, gatau kalau sekarang pas udah beres UAS.
Tak hanya Anindya yang sedang sibuk-sibuknya, Jae juga tak kalah sibuk dengan pekerjaannya di kantor yang mana mendekati akhir tahun malah terasa lebih banyak dan berat. Apalagi band nya akan merilis album baru di awal tahun. Wah, super duper sibuk deh. Dia juga seringnya pulang malam bahkan sampai dini hari. Sebenarnya Jae bisa saja memilih untuk enggak pulang dan menginap di studio agensinya, tapi masa dia tega ninggalin Anindya sendirian di apartemennya yang terletak di lantai belasan. Karena itulah, selarut apapun Jae pasti pulang.
Dan hari ini akhirnya Jae merasa bersyukur banget bisa pulang awal yaitu di sore hari menjelang waktu magrib. Pekerjaannya di kantor sudah beres begitupun dengan persiapan album barunya. Yeay, mulai hari esok dia enggak bakal sesibuk hari-hari sebelumnya.
Ketika memasuki apartemen, Jae merasa heran soalnya lampu-lampu belum dihidupkan padahal sudah menjelang malam. Kayaknya Anindya belum sampai apartemen, begitu kata Jae didalam hatinya.
Tapi eh tapi, begitu Jae melangkahkan kakinya menuju kamar yang mana melewati ruang TV, dia agak kaget ya melihat Anindya tertidur di sofa. Soalnya tumben banget, mana tas dan laptopnya ada diatas meja. Kayaknya pulang dari kampus dia langsung tertidur disana deh, pikirnya.
Dengan niat kasihan anak orang tidur di sofa entar pas bangun pegal-pegal, Jae pun membelokkan langkahnya yang awalnya mau ke kamar tapi malah ke ruang TV untuk membangunkan Anindya. Jae menunduk didepan Anindya yang tertidur pulas. Pas tangan Jae nyentuh lengan Anin yang saat itu terbuka karena Anindya memakai kaos pendek, dia kaget soalnya kerasa banget suhu badannya yang panas. Terus Jae langsung menempelkan punggung tangan kanannya pada kening Anin dan benar dugaannya, anak ini demam. Tanpa ba-bi-bu lagi, Jae pun langsung menggendong Anindya untuk dipindahkan ke kamar.
Kamar disini kamar Anindya ya seperti biasa. Mengingat malam dimana mereka ketahuan pisah kamar oleh Mama Darin dan disana Jae menjelaskan alasan-alasan mengapa mereka berbeda kamar, Mama Darin pun tidak bisa apa-apa selain mendukung apapun yang anak dan menantunya lakukan. Beliau memberi waktu bagi Jae dan Anindya untuk saling menerima. Lagipula ini urusan rumah tangga mereka, Mama Darin tidak mau ikut campur terlalu jauh. Biarkan mereka menata rumah tangganya dengan caranya sendiri. Kalau sudah melanggar batas, barulah Mama Darin akan pasang badan.
Begitu sampai di kamarnya Anindya, Jae langsung merebahkannya secara perlahan diatas kasur. Kemudian ia langsung keluar untuk mencari kotak P3K yang ternyata akhirnya berguna juga di apartemen ini.
Dia cek suhu tubuh Anin yang ternyata 39° C. Anindya harus makan dan meminum obat, pikirnya. Jae pun langsung turun tangan menanak nasi dan nekat memasak sup untuk Anindya. By the way, dia masih pake setelan kantor cuma bedanya jasnya sudah tergeletak begitu saja di sofa. Kancing bajunya saja udah dilepas dua, dasinya longgar, dan tangan bajunya disingkap sampai siku.
Sembari menunggu masakannya matang, Jae searching 'pertolongan pertama pada orang demam'. Muncul beberapa cara seperti mengompres dengan air hangat dan memberikan obat. Karena itulah Jae langsung mengambil baskom kecil, handuk, juga air hangat dan obat paracetamol untuk Anindya.
"Nin bangun dulu!" katanya pelan setelah menaruh nampan berisi makanan dan minuman juga alat-alat kompres di atas nakas.
Jae duduk dipinggiran kasur. Ia menepuk pelan lengannya Anindya. "Nin, bangun dulu yuk!" bisiknya yang akhirnya membuat Anindya terbangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married
General FictionAnindya Mootiara Soebjakto tidak pernah mengira akan menikah di usianya yang baru menginjak 19 tahun dengan Zabdan Akandra Nawasena atau yang lebih dikenal dengan panggilan Jae, gitaris band Enam Hari. Start : Senin, 8 Juni 2020