Mereka itu pasangan suami istri. Tentu saja tinggal dibawah atap yang sama. Namun mereka masih tampak seperti orang asing bahkan di bulan ke-3 usia pernikahan, wajar kah ?
Mungkin untuk pasangan Anindya dan Jae bisa dikatakan wajar. Mereka menikah karena perjodohan yang lebih pantas disebut pemaksaan untuk menikah dan sebelumnya pun mereka belum pernah kenal satu sama lain.
Kalau melihat pasangan hasil 'perjodohan' diluar sana mungkin keadaan dibulan ke-3 pernikahan sudah bersikap layaknya suami istri yang sesungguhnya, sudah mulai memahami kebiasaan atau karakter masing-masing, tapi untuk mereka tidak.
Hubungan dari awal menikah sampai sekarang pun belum ada peningkatan. Tidur pun mereka pisah kamar. Mereka hanya satu kali tidur sekamar yaitu pas hari pertama menikah. Itu pun tidak satu ranjang, karena hanya Anindya yang tidur di kasur dan Jae di sofa.
Hari kedua pernikahan, mereka langsung pindah ke apartemen yang selama ini Jae tinggali. Hanya ada tiga kamar, dimana ada satu kamar utama, satu kamar tamu, dan satu kamar yang disulap sedemikian rupa hingga menjadi studio mini milik Jae.
Jae tentu saja memilih kamar utama, tersisa kamar tamu yang sekarang menjadi kamarnya Anindya dan studio mini milik Jae.
Jadi, pernikahan diantara mereka itu bisa dikatakan hanyalah hitam diatas putih. Mungkin bisa dibilang hanya untuk memenuhi permintaan orangtua saja. Entah sampai kapan.
🎶
"Niiiiiin ?" Rengek gadis cantik berambut panjang yang duduk di sebelah Anindya begitu dosen meninggalkan kelas diikuti teman-teman sekelasnya juga.
"Apa Zaraaaaa ?" Tanya Anindya setelah menyampirkan tote bag pada bahu kanannya.
"Temenin gue nonton music festival ya malem ini ?"
Anindya mendengus kesal karena entah sudah berapa kali Zara memintanya untuk ikut menonton music festival yang diadakan kampus, "Gak ah, kan udah dibilang males. Tugas gue banyak, Za." Ucapnya sambil beranjak dari tempat duduknya.
Zara ikut-ikutan beranjak, "Tugas gue juga banyak kali, refreshing bentaran Nin."
Anindya tidak menghiraukan Zara. Ia malah melangkahkan kakinya keluar dari kelas.
Zara mengambil tasnya yang tergeletak diatas meja, "Kok lo tega sih Nin, gue udah beli tiket dua lho." Teriaknya begitu menyadari Anindya sudah berada diluar kelas. Untunglah teman-teman yang lain sudah pulang, kalau tidak ya Zara pasti akan diomeli karena berteriak.
"Lah gue kan gak pernah nyuruh lo beli tiket dua ?" Sahut Anindya dari luar.
Zara menyusul Anindya, "Gue kan berinisiatif Nin, gue tahu semingguan ini kita banyak tugas terus..."
Anindya memutar tubuhnya, "Ya karena itu kita perlu istirahat Za."
"Ya refreshing lah, Niiin." Zara tetap ngotot.
Anindya menghela nafas sejenak, "Yaudah, tapi jangan malem-malem banget ya ? Gue cuman bisa nemenin sampai jam 8."
"Yailah, band favorit gue tampilnya jam 9." Sungut Zara tak tahu terimakasih.
"Kok lo bisa tahu ?"
"Gue kan minta bocoran ke panitia."
"Gimana nanti aja deh."
"Niiiiiiiiin ?"
🎶
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married
General FictionAnindya Mootiara Soebjakto tidak pernah mengira akan menikah di usianya yang baru menginjak 19 tahun dengan Zabdan Akandra Nawasena atau yang lebih dikenal dengan panggilan Jae, gitaris band Enam Hari. Start : Senin, 8 Juni 2020