Orang di samping Scarlea itu juga sama terkejutnya dan terbangun. Lalu tanpa berkata apapun lagi Scarlea segera berlari berlawanan dengan pemuda itu dan secara tidak sengaja menginjak kaki pemuda yang setengah bangun itu.
"Arrgh!! Hei kau barusaja menginjak kakiku!" seru Danio namun gadis yang barusaja mengejutkannya itu tak kembali dan ia melihatnya menuruni bukit. Danio menajamkan matanya masih memerhatikan gadis yang lama-lama menghilang itu. Gadis berambut coklat tua—tidak—apa merah? Coklat atau merah? Seingatnya ia melihat warna coklat tua yang sepertinya berubah menjadi merah—tapi ia tidak yakin.
"Sepertinya aku kelelahan karena berlatih," ia pun kembali merebahkan tubuhnya dan merentangkan kedua tangannya di rumput. Tanpa sengaja tangan kirinya seperti menyentuh sesuatu yang keras. Ia pun memegang benda itu dan menariknya ke dalam pandangannya. Danio mengangkat tangan kirinya agak tinggi sementara tangan kanannya yang tadi memegang pedang dijadikan sandaran kepala.
"Kalung? Apa ini milik gadis tadi? Ceroboh sekali," tutur Danio sambil memandangi kalung dengan bandul batu berwarna kuning cerah yang indah.
"Ah sudahlah aku akan kemari lagi besok siapa tahu gadis itu mencarinya," ujarnya lalu memejamkan kedua mata bermanik abu-abu itu dan membiarkan rasa lelah menguasai dirinya menuju alam mimpi. Malam ini takkan sedingin biasanya, jadi ia tak begitu khawatir jika tertidur di sini menjelang matahari terbenam.
*****
Gadis bersurai merah itu menutup pintu rumahnya dan bersandar pada daun pintu itu sambil terengah-engah. Bagaimana tidak, ia barusaja lari menuruni bukit dan pulang. Jaraknya memang tidak begitu jauh tapi menuruni bukit dengan berlari itu membuat nafasnya menderu bukan main. Ia berlari sekencang yang ia bisa hanya karena terkejut tiba-tiba saja ada seorang pemuda yang merebahkan tubuh di sampingnya.
"Hahh...astaga. Harusnya aku tidak perlu berlari secepat itu—ahh aku butuh minum," eluhnya lalu berjalan menuju dapur dan menuangkan air ke dalam gelas lalu duduk di kursi di depan meja makan sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Nafasnya sudah kembali teratur. Ia pun bangkit dan berjalan menuju cermin setelah meletakkan kantong kertas berisi sisa roti dan—ohh botol kaca bekas susu tadi sepertinya menggelinding tertendang kakinya karena aksi balap larinya tadi.
Scarlea menatap lekat-lekat pantulan dirinya dalam cermin. Rambutnya sudah kembali berwarna merah mencolok. Ia mendengus dan menyentuh ujung rambutnya. Detik kemudian matanya membulat sempurna.
"Apa orang tadi melihat rambut merahku? Astaga bukankah ketika turun tadi rambutku sudah kembali? Ah tidak mungkin karena aku langsung menuruni bukit! Iya—aku yakin orang itu tidak melihatnya!"
"—ta-tapi bagaimana kalau dia melihatku dan mengikutiku?!" Scarlea pun melesat cepat menuju jendela di dekat pintunya dan melihat apakah ada orang yang mengawasinya dari luar. Gadis itu menghela nafas lega ketika tak melihat seorangpun di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCER [TAMAT]
Fantasy//BETRAYAL// Scarlea dicap sebagai Necromancer semenjak orang-orang melihat warna rambutnya. Sejak itulah ia menyendiri di kediamannya yang nyaman jauh dari pemukiman bersama orang tuanya. Sepanjang hidupnya ia bertanya-tanya tentang Necromancer dan...