Hutan

19 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Scarlea melangkahkan kakinya mengacuhkan dingin yang menerpa kedua kaki telanjangnya. Ia mengira pintu kayu itu menuju gudang dan tidak perlu repot-repot menggunakan alas kaki, namun di sinilah gadis itu berada sekarang. Entah bagaimana ia berada di dalam hutan malam-malam begini. Sementara ia ingat dengan jelas bahwa suasana masih siang di luar. Bahkan ia sempat melihat pemandangan di luar rumah melalui jendelanya dan ia yakin tidak berhalusinasi.

Namun semua itu begitu berbanding terbalik di dalam gudang yang sudah tidak ia kenali lagi. Pintu gudang itu membawanya ke dalam hutan yang ia tidak tahu dimana letak pastinya. Pintu masuk gudang itu pun tak terlihat lagi dan lenyap begitu saja bak debu yang ditiup angin.

"Kenapa aku di sini?!" tanya gadis berambut merah itu yang kebingungan dengan situasinya.

"Apa ayah dan ibu tahu soal ini? Kenapa ada hutan di dalam gudang? Sebenarnya apa ini?" segala macam pertanyaan yang tak bisa ia jawab berlalu-lalang di benaknya.

"Apa pintu gudang itu portal menuju hutan ini? Tapi bagaimana bisa? Kenapa bisa begini?"

Scarlea kembali kebingungan sendiri dengan pikiran dan apa yang ia lihat. Ia mengedarkan pandangannya dengan gusar. Tentu saja ia takut kalau-kalau ada sesuatu di hutan ini—atau bahkan hewan buas.

Tidak. Jangan hewan buas.

"Bagaimana aku bisa keluar dari hutan ini? Apa aku akan terjebak di sini?"

Gadis itu mulai merengek ketakutan dan bulir-bulir air mata mulai jatuh dari kedua matanya. Ia takut. Bagaimana jika kedua orang tuanya tidak menemukannya?

Lebih buruknya lagi, bagaimana jika ia tidak bisa keluar dari tempat ini? Selamanya?

Pandangan Scarlea menyisir sekelilingnya dengan lentera di tangan kanannya yang ia harap bisa membantunya menemukan jalan keluar. Dengan satu tarikan napas, gadis itu memberanikan diri untuk melangkah lagi. Tanpa petunjuk dan tanpa arah, Scarlea mencoba mencari jalan keluar.

*****

Setelah berdiskusi panjang di ruangan Azelia, para pimpinan Divisi Necromancer memutuskan untuk memerintahkan perwakilan Divisi Necromancer keempat wilayah Continentia untuk bekerjasama menangkap Necromancer yang telah menculik delapan anak.

"Danio, Jeckyl, Hide dan Ethan, kalian berempat segera menuju ke Bevory. Karena kemungkinan besar Necromancer itu akan muncul di sana. Sementara anggota Divisi Necromancer yang lain tetap di wilayahnya masing-masing untuk berjaga-jaga," jelas Azelia mengulangi keputusan para pimpinan Divisi Necromancer. Keempat orang yang ditunjuk itu pun tanpa basa-basi segera bersiap menuju Bevory dengan harapan dapat menangkap penyihir jahat itu dan menemukan anak-anak yang hilang.

Ruangan Azelia kini menjadi lebih sepi karena hanya ada dirinya dengan dua bawahannya, Rey dan Zachary. Azelia mendengus seraya bersandar di pinggiran meja kerjanya.

NECROMANCER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang