Ritual

27 6 5
                                    

Scarlea menghela nafas lega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Scarlea menghela nafas lega. Setidaknya ia tahu jika itu bukanlah takdir yang mengikat sejak lahir. Itu berarti ia memiliki pilihan untuk menjadi baik. Jelas ia takkan mau menjadi orang yang mengerikan seperti necromancer. Seratus persen tidak. Gadis itu pun meminum habis jus tomat buatan Martin yang ada di gelasnya.

Senja sudah mulai menampakkan wujudnya membuat suasana sedikit tenang setelah cuaca panas. Danio dan Rey masuk ke perpustakaan dengan langkah cepat. Rey menenteng dua kantong berisi makanan. Mereka berdua membawa makanan untuk dimakan di perpustakaan sembari mencari tahu tentang ritual-ritual necromancer. Ketika melihat Martin duduk di meja paling belakang dengan dua gelas kosong di hadapannya, Danio segera menghampirinya.

"Apa kakek sudah makan?" tanya Danio tiba-tiba sementara Rey menaruh dua kantong berisi makanan itu di meja.

"Kami membawa makanan untukmu dan Terry juga," tambah Rey sambil mengeluarkan beberapa roti lapis dengan isian daging dan telur lalu pandangannya terhenti pada seorang gadis yang duduk berlawanan arah dengan Martin.

"Oh—maafkan aku. Aku baru menyadari ada orang lain disini," ujar Rey lalu melambaikan tangannya menyapa gadis itu. Scarlea hanya tersenyum hambar dan membalas lambaian tangan Rey kikuk.

"Kebetulan aku lapar. Scarlea apa kau mau makan bersama kami?" ajak Martin.

"—tapi kami hanya membeli empat porsi—" potong Danio yang juga baru menyadari kehadiran gadis yang ia temui beberapa hari yang lalu.

"—tidak apa. Kebetulan aku akan segera pulang. Aku harus menyiapkan makan malam," elak Scarlea dengan canggung lalu bergegas bangkit, membungkuk sedikit kemudian pergi meninggalkan tiga laki-laki yang mematung itu.

"Ah..apa dia tidak terbiasa dengan orang asing ya?" tanya Rey yang memaku sejenak lalu menyodorkan roti lapis kepada Martin dan menarik kursi di sebelahnya.

"Aku dan Kakek sudah pernah bertemu dengannya. Kau orang asingnya," tunjuk Danio acuh lalu menggigit roti lapisnya dengan semangat. Perut keroncongan tidak bisa menunggu lagi.

"Cih..."

"Hei, Terry! Buang saja buku-buku itu, makanlah dulu!" panggil Danio dengan keras pada pemuda berkacamata yang berjarak lima rak buku darinya.

"Bisa-bisanya kau menyuruh Terry membuang buku-buku itu, dasar bodoh," desis Martin tak habis pikir dengan ucapan Danio yang semakin ngawur. Pemuda berkacamata yang dipanggil namanya itu pun berjalan menghampiri tiga orang yang sudah menyantap roti lapisnya.

"Terima kasih," ujar Terry sembari mengambil bagiannya dan memakannya dengan tenang.

*****

Rey membolak-balik lembaran buku yang berisi catatan dari divisi necromancer tentang ritual yang pernah dilakukan para necromancer beberapa tahun terakhir. Danio juga membaca dengan teliti buku ritual necromancer milik perpustakaan berharap menemukan ritual yang mungkin akan dilakukan necromancer yang sedang mereka buru.

NECROMANCER [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang