.
.
"Aku takut sekali dan berlari kabur tapi dia mengejarku bahkan hingga sangat dekat. Lalu aku benar-benar pasrah dan memohon siapapun untuk mengeluarkanku dari sana, dan tiba-tiba saja ada cahaya kekuningan lalu ketika aku membuka mata aku sudah berada di kamarku," lanjutnya sambil memegangi kalungnya.
"Cahaya kuning seperti apa?" tanya Martin. Lalu Scarlea menunjuk kalungnya, "Cahaya seperti ini! Warnanya persis, tapi aku tidak yakin kalau itu berasal dari kalung ini ..."
"Lalu setelah keluar apa kau memastikannya lagi?" Terry bertanya lagi. Scarlea beralih menoleh pada Terry.
"Aku menunjukkan gudang itu ketika ayahku pulang, tapi ketika dia membukanya hanya ada barang-barang di gudang. Hutan itu lenyap. Bagaimana mungkin aku bisa masuk ke dalam hutan aneh itu? Gudangku serasa seperti portal, apakah itu mungkin Kek? Aneh kan? Aku yakin itu nyata karena kakiku yang terluka memang benar adanya—dan lampu minyak yang kubawa juga ada di kamarku!" ujar Scarlea tanpa henti meyakinkan tentang kejadian yang ia alami pada Martin Gideon yang bahkan tidak merasakan situasinya.
Terry menatap Martin Gideon yang tampak berpikir. "Boleh kulihat kalungmu?" tanya Martin. Lalu dengan patuh Scarlea melepas kalung berbandul batu oval berwarna kuning itu dan menyerahkannya pada Martin.
Pria tua itu melihat batu itu lekat-lekat lalu beralih pada Scarlea yang tidak mengerti dan menginginkan respon atas ceritanya yang panjang lebar itu.
Martin Gideon menarik napas panjang. "Portal mungkin saja. Tapi kenapa bisa ada di rumahmu itu pertanyaannya. Aku juga memiliki portal teleportasi di sini untuk bepergian. Tapi tidak dengan tujuan spesifik seperti yang kau katakan langsung menuju hutan yang tidak kau ketahui."
Scarlea mendengarkan dengan seksama, "Aneh memang. Aku tidak tahu tapi Sorcerer memang bisa membuat portal teleportasi begitu, hanya saja ayahmu tidak tahu, kau juga tidak bisa menggunakan sihir apapun. Jadi portal itu memang terasa aneh. Dan soal kalung—" penjelasan Martin Gideon terhenti, kini ia menggenggam kalung Scarlea dengan tangan mengepal. Lalu membuka telapak tangannya perlahan dan terlihat batu itu bersinar terang.
"Sudah kuduga ini bukan batu biasa sejak pertama kali melihatnya. Batu ini bereaksi pada mana seorang Sorcerer, lihat dia bersinar ketika aku mengalirkan manaku. Batu ini semacam bisa beresonansi dengan keinginan kuat, tapi tidak semua keinginan Sorcerer bisa beresonansi dengan batu ini. Intinya, batu ini memilih sendiri orang yang cocok dengannya. Dan kebetulan sekali kau memilikinya dan batu ini memilihmu. Ketika kau memohon untuk bisa keluar, batu ini mengabulkan permintaanmu."
"Kau, punya mana yang kuat Scarlea aku tahu itu. Mungkin juga karena kedua orang tuamu adalah Sorcerer. Bisa jadi," Martin mengakhiri penjelasannya dan menatap Scarlea lamat-lamat. Gadis itu terlihat terkejut dan tak berkata apa-apa. Ia menatap kalungnya yang diletakkan di meja oleh Martin Gideon.
Scarlea tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. Mungkin ia bisa memahami jika dia mungkin saja punya kemampuan sebagai Sorcerer karena faktor keturunan.
"Apa kau tidak memberitahu ayahmu tentang luka di kakimu? Aku yakin ayahmu akan percaya jika melihatnya," tanya Terry tiba-tiba sambil menggigit roti di tangannya. Kini Scarlea beralih memegang gelas berisi teh lemonnya dan menyentuh bibir gelasnya dengan telunjuk. Lalu gadis itu menggeleng pelan.
"Tidak. Aku hanya tidak yakin ingin memberitahunya."
"Oh iya, soal ayahmu ... " Martin Gideon menahan ucapannya sebentar lalu gadis itu menoleh padanya dengan raut penasaran.
"Kenapa dengan ayah?"
"Apa dia memiliki tato di pergelangan tangannya?"
Scarlea mengernyit bingung dan tampak mengingat-ingat apakah ayahnya memiliki tato di pergelangan tangannya. Ia bergumam pelan lalu memiringkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCER [TAMAT]
Fantasia//BETRAYAL// Scarlea dicap sebagai Necromancer semenjak orang-orang melihat warna rambutnya. Sejak itulah ia menyendiri di kediamannya yang nyaman jauh dari pemukiman bersama orang tuanya. Sepanjang hidupnya ia bertanya-tanya tentang Necromancer dan...