.
.
Seseorang berjubah hitam panjang dengan lentera di tangan kanannya berjalan menyusuri hutan yang gelap dan dingin. Ia terus melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan suara-suara hewan malam yang bersautan menyambut kedatangannya. Suara dedaunan berserakan yang diinjak menemani sosok itu di setiap langkahnya hingga ia berhenti kala netranya menemukan presensi sebuah goa besar tak jauh dari tempatnya. Ia mendongak sedikit lalu melanjutkan langkahnya menuju goa yang ia buat tempo hari.
Seperti biasa ia akan mengecek penghuni goa besar yang ia buat itu. Para penghuni yang secara tidak sadar dibawa dan dipaksa tinggal di sana untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Sosok itu tengah berada di mulut goa dan mengamati keadaan goa gelap itu tanpa bergeming.
"Dia belum kembali rupanya?" ujarnya kala melihat cekungan-cekungan kecil di dinding goa tidak menunjukkan cahaya sedikit pun.
Ia berjalan masuk namun sebelumnya merapalkan sebuah mantra yang membuat cekungan-cekungan kecil di dinding goa menampakkan api-api kecil. Goa besar yang gelap itu kini menjadi lebih terang. Ia pun masuk lebih dalam.
*****
Kayla memerhatikan keadaan di luar penjaranya. Cekungan-cekungan itu kembali memancarkan cahaya, itu berarti Necromancer itu ada di sini. Ia tahu karena begitulah yang biasa terjadi jika mereka menghampirinya di goa ini. Cekungan itu akan menyala jika Necromancer itu datang dan akan padam ketika mereka pergi meninggalkan mereka di goa dingin dan gelap itu.
Benar saja, tak lama kemudian sosok berjubah terlihat mendekati jeruji besi mereka dan membuka tudung jubahnya membuat Kayla menatap Necromancer itu dalam-dalam. Lentera di tangan Necromancer itu diarahkan untuk melihat keadaan anak-anak itu. Pandangan Kayla dengan setia mengamati gerak-gerik Necromancer itu sementara semua anak lain sedang tertidur. Gadis itu memandangi wajah Necromancer itu lamat-lamat dan akhirnya membuatnya dibalas dengan tatapan dingin.
"Mengapa kau melihatku begitu, gadis kecil?" tanya sosok berjubah—pria berjubah—itu dengan suara berat.
Kayla menggeleng lalu menunduk. Pria di luar jeruji besi itu pun menggerakkan tangannya dan tiba-tiba saja tanah kering di dekatnya berubah membentuk sebuah gundukan dengan bagian atas datar yang bisa diduduki. Kemudian pria itu duduk di sana dan menggantungkan lentera di dekatnya. Pria itu tersenyum lembut tanpa disadari oleh Kayla yang masih menundukkan wajahnya menyembunyikan ketakutannya.
"Akh!" suara rintihan terdengar di telinga Kayla dan ia pun mendongak mendapati pria berjubah—Necromancer—itu merintih kesakitan sambil memegangi tangan kanannya. Kayla mengernyit khawatir dengan pria itu karena melihatnya kesakitan. Meskipun ia tak tahu tujuannya menyekapnya di dalam sini, tapi Kayla tidak pernah diperlakukan buruk oleh Necromancer di hadapannya itu.
Necromancer pria itu menarik kasar perban di tangan kirinya dan membuangnya ke lantai dengan asal. Sepenglihatan Kayla, tangan kiri pria itu mengeluarkan asap tipis seperti ada api yang sedang membakar tangannya dan mebuat pria itu kesakitan. Terlihat sebuah pola di tangan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NECROMANCER [TAMAT]
Fantasy//BETRAYAL// Scarlea dicap sebagai Necromancer semenjak orang-orang melihat warna rambutnya. Sejak itulah ia menyendiri di kediamannya yang nyaman jauh dari pemukiman bersama orang tuanya. Sepanjang hidupnya ia bertanya-tanya tentang Necromancer dan...