10. De javu

528 59 0
                                    

"A-aku sama Meesya ... Eee, kita disuruh pura-pura cinlok biar penggemar kita makin banyak terus nantinya akan ngefek ke perolehan jumlah penonton film. Tapi pura-puranya harus dari awal reading sampe film tayang. Jadi, walaupun syuting udah selesai dan belum waktunya tayang, aku sama Meesya harus bisa bikin publik ngeliat ke kita. Tapi kalau ditanya apakah kita cinlok atau enggak, kita nggak boleh ngomong iya dengan gamblang. Jadi, kayak ambigu gitu. Biar penonton yang nebak sendiri. Aku sebenernya keberatan, tapi udah terlanjur tanda tangan kontrak. Maafin aku ya," jelas Iqbaal panjang lebar.

"Apa karena itu kamu nggak ada kabar sama sekali?" tanya Dhea.

"Bukan! Bukan karena cinlok itu. Aku nggak ada kabar karena emang selama tiga bulan ini aku selalu berangkat pagi terus pulangnya tengah malem. Habis ngurus soal film, lanjut ngurus kantor. Terus nyampe apart udah ngantuk dan capek banget. Aku jarang buka hp. Kalaupun buka, pasti bukanya line bukan WA. Makanya aku nggak pernah baca chat dari kamu. Bukannya aku sengaja tapi keadaan yang memaksa. Aku bener-bener minta maaf ya. Aku udah bikin kamu sedih dan khawatir selama tiga bulan ini," terang Iqbaal.

"Hhhh. Oke, aku maafin kamu. Aku ngerti. Emang di dunia perfilman sering banget pemerannya terlibat cinta lokasi, entah itu disengaja atau enggak," ujar Dhea.

"Kalau aku disengaja kok. Beneran deh. Aku nggak ada perasaan apa-apa sama Meesya. Aku cuma nganggep dia temen, nggak lebih," balas Iqbaal meyakinkan.

"Meskipun kamu ada panggilan sayang buat dia?"

"Maksud kamu?"

"Kamu manggil Meesya Syasya kan?"

"Itu emang udah kebiasaan. Soalnya orang-orang di lokasi syuting sebelumnya juga sering manggil dia Syasya."

"Jadi bukan kamu aja yang manggil dia gitu?"

"Bukan. Aku cuma salah satu. Tapi ya media aja yang bikin itu seolah-olah panggilan sayang. Padahal mah bukan."

"Tapi kamu ngerasa nggak sih Baal kalau Meesya suka sama kamu?"

"Hah? Masa sih?"

"Kamu perhatiin aja cara dia natap kamu. Kayak ada sesuatu gitu."

"Yaudah lah biarin aja. Mau dia suka sama aku atau enggak, itu kan haknya dia. Yang jelas, aku cuma suka sama kamu, cuma sayang sama kamu, dan cuma cinta sama kamu," ucap Iqbaal tersenyum sambil mengerlingkan sebelah matanya.

"Apaan sih?" Dhea terlihat tersipu malu.

"Sini-sini, peluk dulu!" Iqbaal memeluk Dhea dengan begitu erat.

"Aku seneng banget karena akhirnya bisa meluk kamu lagi kayak gini," tutur Iqbaal di sela-sela pelukannya.

"Aku juga seneng bisa dipeluk lagi sama kamu," balas Dhea.

"Tetep kayak gini ya, jangan pernah berubah!" pinta Iqbaal.

"Harusnya aku yang bilang gitu. Godaan kamu kan banyak banget," ujar Dhea.

"Kamu juga banyak," balas Iqbaal.

"Siapa aja?" tanya Dhea.

"Tuh, si Fian!" jawab Iqbaal.

"Cuma Fian kan? Lagipula aku sama dia cuma temenan kok."

"Nggak cuma Fian sebenernya."

"Terus siapa lagi?"

"Temen-temen kuliah kamu."

"Siapa?"

"Nggak tau. Tapi aku perhatiin sebenernya banyak yang suka sama kamu, diem-diem ngeliatin kamu dari jauh."

Iqbaal & Dhea || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang