Keesokan harinya, Dhea kembali masuk ke kantor.
Ia berangkat ke TDC bersama Iqbaal. Ya, tadi Iqbaal menjemputnya di kos.
Tapi seperti biasa, Dhea akan meminta Iqbaal untuk menurunkannya di minimarket yang ada di depan kantor.
Dhea tidak mau mengambil risiko apabila turun di parkiran lalu ada karyawan yang melihatnya turun dari mobil sang CEO.
💙💙💙
Saat jam makan siang hampir tiba, Iqbaal menyuruh Dhea untuk ke ruangannya.
Berhubung pekerjaan Dhea telah selesai, jadi ia bisa segera menemui Iqbaal.
Sesampainya di ruangan CEO, Dhea melihat lelakinya tengah berkutat pada laptop berlogo applenya.
Sudah 5 menit menunggu tapi tak kunjung ada tanda-tanda pekerjaan Iqbaal akan segera selesai.
"Masih lama nggak, Baal?" tanya Dhea yang duduk di kursi depan Iqbaal.
"Enggak kok. Tinggal dikit lagi. Bentar ya," jawab Iqbaal tanpa melihat Dhea.
10 menit kemudian.
"Done!" seru Iqbaal.
"Udah selesai?" tanya Dhea memastikan.
"Udah. Mau makan sekarang?" tanya Iqbaal sambil menutup laptopnya.
"Boleh," jawab Dhea.
"Tapi aku pengen makan di luar sama kamu," kata Iqbaal.
"Aku belum siap, Baal," tolak Dhea.
"Yaudah nggak papa. Aku pesen aja kalau gitu," ucap Iqbaal.
Saat Iqbaal akan memesan makanan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk!" titah Iqbaal.
"Maaf Pak Iqbaal, ada yang mau ketemu dengan Bapak," ucap Sifa setelah membuka pintu.
"Siapa?" tanya Iqbaal.
"Aku!" jawab seseorang yang tiba-tiba ikut masuk ke dalam ruangan.
"Syasya!" pekik Iqbaal terkejut.
"Hai," sapa Meesya langsung cipika-cipiki dengan Iqbaal lalu memeluknya.
Iqbaal melirik Dhea. Namun, sang gadis justru mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Saya permisi, Pak," pamit Sifa.
"Iya. Silakan!" balas Iqbaal.
"Kamu lagi sibuk nggak?" tanya Meesya.
"Enggak. Kamu kok tiba-tiba ke sini?" tanya Iqbaal.
Cih, aku-kamu! Batin Dhea.
"Aku mau ngajak kamu makan siang. Kamu mau kan?"
"Hm, gimana ya?" Iqbaal ragu untuk mengiyakan.
"Mau ya! Aku udah jauh-jauh ke sini lho," bujuk Meesya.
"Tapi aku masih ada urusan," ucap Iqbaal beralasan.
"Urusan apa? Oh ya, ini siapa?" tanya Meesya yang baru menyadari keberadaan Dhea.
"Saya Dhea Bu, anak magang," jawab Dhea dengan sopan.
"Bu? Emang gue kayak ibu-ibu ya?" tanya Meesya.
"Bukan gitu, Bu. Saya cuma mau menghormati makanya manggil bu," jawab Dhea.
"Oh iya, gue kan emang calonnya Iqbaal. Jadi pantes lo manggil gue bu," ucap Meesya tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iqbaal & Dhea || END
Teen FictionKarena cinta harus saling percaya 💙 Setelah mendapatkan cinta Iqbaal dan dilamarnya pula, bukan berarti perjalanan cinta Dheana ke depannya akan selalu lancar. Justru inilah saat di mana hubungan mereka diuji. Dheana yang memasuki semester 5 mulai...