11. Ziarah ke makam Lennia

410 54 0
                                    

Selesai salat Magrib berjamaah, Iqbaal dan Dhea kembali ke ruang CEO.

Merekapun duduk di sofa yang tadi.

"Kamu laper nggak?" tanya Iqbaal.

"Enggak. Aku masih kenyang," jawab Dhea.

"Biasanya kamu pulang jam berapa?"

"Jam 7."

"Yaahh, bentar lagi dong," kata Iqbaal melirik jam tangannya.

"Iya," balas Dhea mengangguk.

"Pulang sama siapa?"

"Fian."

"Dianter jemput sama Fian?"

"Iya."

"Selalu gitu?"

"Iya, Iqbaal."

"Besok aku jemput ya."

"Eh, jangan! Ntar karyawan kamu curiga lagi," tolak Dhea.

"Tapi aku nggak rela kalau kamu sama Fian terus."

"Fian cuma berniat baik sama aku. Dia nggak bermaksud nikung kamu kok."

"Tapi-"

"Percaya sama aku."

"Yaudah deh. Lagipula kalau Fian bermaksud nikung juga nggak bakal berhasil kan."

"Kenapa nggak berhasil?"

"Karena cuma aku yang ada di hati kamu."

"Huuuuuuu!"

"Bener kan?"

"Iya-iya, bener. Oh ya, hpku udah penuh belum ya?" Dhea segera mengambil hpnya yang tadi dicharge.

"Udah?" tanya Iqbaal melihat Dhea kembali berjalan menuju sofa.

"Udah. Makasih ya," jawab Dhea.

"Sama-sama."

Dhea duduk lalu membuka handphonenya. Ia ingin mengecek apakah ada pesan atau panggilan yang terlewat.

"Yahh ...." kata Dhea.

"Kenapa?" tanya Iqbaal melihat perubahan ekspresi Dhea.

"Fian tadi ngechat, katanya dia pulang duluan karena mamanya sakit terus nggak ada yang nemenin."

"Yaudah kamu pulang sama aku aja. Aku anterin."

"Tapi kan-"

"Nggak usah peduliin omongan orang, oke?" sahut Iqbaal.

"Yaudah oke," putus Dhea.

"Mau pulang sekarang apa gimana?" tanya Iqbaal.

Belum sempat Dhea menjawab, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan Iqbaal.

"Siapa sih ganggu aja?" tanya Iqbaal kesal.

"Nggak boleh gitu, Baal," ucap Dhea menegur.

"Huft. Bentar ya!"

Iqbaal segera membukakan pintu.

"Ada apa?" tanya Iqbaal datar.

"Maaf Pak, ini ada beberapa berkas yang harus ditandatangani," jawab seseorang yang tak lain adalah Sifa.

"Sudah kan? Silakan kamu pergi!" usir Iqbaal setelah menerima berkas-berkas dari sang sekretaris.

"Baik, Pak. Permisi!" ucap Sifa.

"Kenapa?" tanya Dhea saat melihat wajah lesu Iqbaal.

"Aku harus tandatangan berkas," jawab Iqbaal.

Iqbaal & Dhea || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang