30. Cerita Kiki (2)

460 53 0
                                    

"Seperti yang lo tau, Dhea suka sama lo dari dulu sampe sekarang. Karena hal itu dia berkeinginan buat memperjuangkan lo suatu hari nanti. Kalau lo nanya kenapa nunggu suatu hari nanti, ya karena kan Dhea tinggal di desa, lo di kota. Jarak kalian jauh, jadi Dhea mikir bakalan susah buat bisa ketemu sama lo secara langsung. Makanya Dhea mau pas dia udah dewasa, sekiranya udah bebas pergi ke kota atau ke tempat yang jauh, dia bakal berusaha nyari keberadaan lo dan nemuin lo. Tapi sebelum itu, dia mau belajar memperjuangkan Navin, seorang selebgram yang rumahnya masih satu kota sama Dhea dan jarak rumah mereka terbilang nggak jauh-jauh amat," jelas Kiki.

"Padahal selebgram kan banyak, kenapa Dhea milihnya Navin?" tanya Iqbaal terus mengulik.

"Salah satu alasannya adalah jarak itu tadi. Dengan jarak segitu, apakah Dhea bisa nemuin Navin atau nggak. Terus alasan lainnya, ya, Navin kan umurnya nggak terlalu jauh sama Dhea bahkan bisa dibilang mereka seumuran karena cuma beda beberapa hari doang. Nah, di umur yang masih muda, dia udah jadi selebgram, disukain sama banyak orang terutama cewek-cewek remaja. Hal itu yang bikin Dhea ngerasa kalau Navin tuh agak mirip-mirip lah sama lo, walaupun kastanya lebih tinggi lo karena kan lo udah terkenal banget di Indonesia. Tapi setidaknya Dhea bisa belajar dari Navin. Belajar gimana cara dapetin nomornya Navin, cara biar bisa deket dan kenal dia lebih deket. Informasi yang Dhea dapetin dari situ yang nantinya pengen dia gunain pas memperjuangkan lo. Tapi bodohnya Dhea tuh dia nggak mikir sampe titik di mana misalnya Navin suka balik sama dia dan tau kalau ternyata selama ini Navin cuma dijadiin sebagai bahan pembelajaran atau bisa dibilang uji coba. Pasti Navin bakal sakit hati kan? Tapi walaupun begitu, gue, Zahra, sama yang lain nggak pernah ngelarang Dhea buat memperjuangkan Navin. Kita selalu support Dhea selama hal itu bisa bikin dia seneng dan perlahan ngelupain kesedihannya soal kepergian Kaka."

"Terus reaksinya Dhea gimana pas tau Navin meninggal?"

"Pastinya Dhea sedih. Dia juga sempet nyalahin dirinya sendiri. Tapi pas inget arwahnya Navin pernah bilang ke Dhea kalau Dhea harus bahagia dan nggak boleh sedih-sedih lagi, makanya Dhea berusaha buat nggak larut dalam kesedihannya. Terus juga untungnya dari keluarga Navin nggak ada satu pun yang nyalahin Dhea, justru mereka malah makin sayang sama dia. Ya, mungkin karena mereka tau Navin suka sama Dhea jadi mereka nggak mungkin ngebenci cewek yang disukain sama anaknya."

"Jadi Navin juga suka sama Dhea?"

"Iya."

"Oalah."

"Kenapa?"

"Nggak papa. Gue speechless aja pas tau semua fakta yang lo bilang barusan. Gue masih nggak nyangka ternyata Dhea pernah ngalamin hari-hari yang berat di hidupnya. Dan setelah denger cerita lo, gue jadi sadar kalau ternyata ada banyak hal tentang Dhea yang belum gue."

"Menurut gue nih ya, lo nggak perlu tau semuanya tentang Dhea terutama masa lalunya karena yang cukup lo perlu tau adalah Dhea mencintai lo dan dia nggak akan mungkin nyelingkuhin lo."

"Iya, Ki. Dhea nggak mungkin ngelakuin itu. Harusnya dari awal gue selalu percaya sama dia dan nggak pernah ngeraguin dia sedikitpun."

"Dengerin ya, Baal! Dhea itu cewek yang hebat dan lo beruntung bisa dicintai sama dia. Kalau lo nyia-nyiapin sahabat gue, gue pastiin lo bakal nyesel seumur hidup lo karena lo nggak bakal pernah nemuin orang kayak Dhea lagi di dunia ini. Jadi, kalau nanti Dhea udah mau ketemu sama lo, udah mau ngomong sama lo, udah maafin lo, dan mau ngasih kesempatan lagi sama lo buat bahagiain dia, please jangan pernah sakitin dia lagi ya! Jangan pernah dibikin sedih lagi! Jangan pernah juga bikin dia kecewa! Kalau sampe gue tau Dhea nangis lagi gara-gara lo, gue janji Baal, gue nggak akan pernah ngizinin Dhea buat balik lagi sama lo. Gue bakal jadi orang pertama yang ngelarang kalian buat ketemu dan berhubungan lagi."

"Gue janji Ki, kejadian kemarin nggak akan keulang lagi. Gue bakal selalu bahagiain Dhea. Gue bakal selalu jagain dia, meskipun nyawa gue jadi taruhannya."

"Gue pegang omongan lo!"

💙💙💙

Keesokan harinya.

"Mau ke mana, Dhe?" tanya Syila saat melihat Dhea keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi.

"Makam," jawab Dhea dengan singkat membuat Syila mengernyitkan dahinya.

"Mau ngapain?"

"Ziarah."

"Ke?"

"Ke apanya?"

"Ziarah ke siapa, Dhe?"

"Oh. Ke kak Lennia."

"Lo sendiri?"

"Iya."

"Mau gue temenin nggak?"

"Nggak usah. Gue bisa sendiri."

"Yaudah lo hati-hati!"

💙💙💙

Dhea dan mas ojol menuju ke tempat pemakaman umum di mana Lennia dimakamkan.

Tadi Dhea sempat mampir sebentar ke toko bunga untuk membelikan bunga kesukaan Lennia.

"Assalamu'alaikum, Kak Len. Apa kabar? Aku kangen sama Kakak. Oh ya, selamat ulang tahun, Kak. Semoga Kakak di sana bahagia selalu ya," ucap Dhea meletakkan sebuket bunga lily yang tadi dibelinya.

Hari ini memang hari ulang tahun Lennia yang ke-22.

"Maafin aku, Kak. Aku nggak bisa menuhin permintaan terakhir Kakak buat nikah sama Iqbaal. Semingguan yang lalu, Iqbaal mengakhiri hubungan kita, Kak. Dia salah paham sama aku. Aku berusaha ngejelasin tapi Iqbaal nggak ngasih aku kesempatan. Beberapa hari ini dia dateng ke kos buat nyari aku. Tapi aku sengaja nggak mau nemuin dia. Ya, walaupun sebenernya aku kangen tapi aku belum mau ketemu dia. Kakak tolong bantu do'a ya semoga aku bisa kuat ngelewatin masalah ini."

"Aku pulang dulu ya, Kak. Nanti kalau ada waktu, aku ke sini lagi. Bye, Kak Len!" Dhea mengelus nisan. Setelah itu, ia pergi meninggalkan area pemakaman.

"Mari, Pak!" ucap Dhea pada penjaga makam yang berada di pintu masuk dan keluar.

"Iya, Neng," balas si bapak.

Tak lama setelah kepergian Dhea, ada seseorang yang juga mengunjungi makam sambil membawa sebuket bunga lily.

Kalian pasti tau kan orang itu siapa?
Ya, siapa lagi kalau bukan Iqbaal.

Ia turun dari mobil lalu berjalan menuju makam Lennia.

"Bunga lily? Siapa yang bawa? Kayaknya masih baru. Apa jangan-jangan ...." gumam Iqbaal lalu bergegas pergi.

"Permisi, Pak," ucap Iqbaal pada penjaga makan.

"Iya, Mas. Ada apa?" tanya si bapak.

"Apa tadi ada orang yang ke makam itu?" tanya Iqbaal menunjuk makam Lennia.

"Oh iya Mas, tadi ada neng geulis yang ke situ," jawabnya.

"Ini bukan Pak orangnya?" Iqbaal menunjukkan sebuah foto di handphonenya.

"Iya Mas, bener itu orangnya."

"Dia pergi dari tadi, Pak?"

"Mungkin sekitar 10 menit yang lalu."

"Dia pergi ke arah mana, Pak?"

"Kalau itu saya nggak tau, Mas. Maaf ya."

"Yaudah Pak, makasih."

"Sama-sama, Mas."

Aku tau itu pasti kamu, Dhe. Batin Iqbaal.

Iqbaal & Dhea || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang