It's You

12.8K 678 14
                                    

TIDAK DIPERKENANKAN MENERBITKAN ULANG FANFIC INI DI SITUS LAIN TANPA IZIN DARI PENULIS

.:R E S P E C T:.

ENJOY YOUR READ BUT DON’T STEAL ANY CONTENT FROM THIS FANFIC

.

.

.

.

Disclaimer: Kishimoto Masashi

.

.

Bacalah fic ini di waktu senggang Anda. Jangan sia-siakan waktu utama Anda untuk baca fic ini.

Khusus untuk yang muslim, jangan lupa sholat, ya…

Sincerely,

miyazaki rully bee

.

.

.

.

Ada sebuah kepercayaan dalam diriku bahwa sebuah cinta tak akan bertahan lama. Aku selalu merasa nyaman menjalani hidupku dengan memegang teguh kepercayaan itu.

Aku akan bangun dari tidurku tanpa memedulikan apapun. Hanya bangun, bersikap seperti laki-laki. Bermain dengan perasaan wanita, mematikan ponsel setiap kali aku berada dalam pesta dan tak pernah berhubungan serius dengan siapapun. Tak pernah benar-benar menyimpan nomor mereka di ponsel. Tak pernah sekali pun membeli buket bunga atau menjanjikan berlian.

Aku hanyalah seorang laki-laki, menikmati posisiku dalam hidup, takdir yang terjalin untukku, dan ketidakpedulian yang membuatku nyaman.

Ada yang bilang aku konyol. Tapi menurutnya aku hanya sedang mencari perlindungan.

“Apa maksudmu?”

“Ehm ... i-itu hanya sebuah … ehm, b-bagaimana mengatakannya, ya?”

“Katakan saja.”

“Kepura-puraan?”

“Apa?”

Hinata membuat senyum yang membuatku memikirkan secarik kertas setelah diremas. Dia tak berani melanjutkan kalimatnya.

Aku duduk di hadapannya, memandang panjang rambutnya, memikirkan seperti apa rasanya menyelipkan jari-jariku di antara helaian lembut itu.

“Bisa tolong kaulanjutkan kalimatmu, Hyuuga-sama?”

Sekarang dia tertawa kecil mendengar sindiranku, aku berusaha untuk mengendalikan diriku sendiri untuk tidak menyentuh kelembutan bibirnya yang sedikit basah karena krim di cappuccino-nya.

“Sasuke-kun, saat kau memanggilku seperti itu, aku tahu bukan saatnya bicara jujur padamu.”

“Oh? Jadi kau sudah mengenaliku dengan cukup baik.”

“Ini rahasia, tapi aku selalu membuat kesimpulan dan mengumpulkannya dalam buku.”

“Kau bercanda.”

Dia menggeleng, tersenyum dengan tenang, dan memandangku dengan sepasang mata cerah. Gadis itu lalu meraih ke dalam tasnya. Sebuah buku bersampul keras muncul di dekatku. Tapi dia tetap memegangnya, menolak untuk membiarkanku membaca isinya.

“Apa itu buku harian?”

“Bukan, aku hanya mengumpulkan fakta yang menurutku akurat tentangmu.”

Kimi to BokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang