Hyuuga

4.2K 297 9
                                    

TIDAK DIPERKENANKAN MENERBITKAN ULANG FANFIC INI DI SITUS LAIN TANPA IZIN DARI PENULIS

.:R E S P E C T:.

ENJOY YOUR READ BUT DON’T STEAL ANY CONTENT FROM THIS FANFIC

.

.

.

.

Disclaimer: Kishimoto Masashi

.

.

Bacalah fic ini di waktu senggang Anda. Jangan sia-siakan waktu utama Anda untuk baca fic ini.

Khusus untuk yang muslim, jangan lupa sholat, ya…

Sincerely,

miyazaki rully bee

.

.

.

.

Chiharu kecil kini berusia tujuh tahun. Musim semi ini dia sudah masuk kelas satu SD. Chiharu suka sekolah. Teman-teman barunya kebanyakan teman dari TK yang sama dengannya. Wali kelasnya juga baik dan kelasnya nyaman.

Semua itu ada di pikiran Chiharu, tapi tak satu pun yang keluar dari mulutnya. Padahal Chiharu sudah sengaja menghapal dan memikirkan kalimat apa saja yang ingin ia katakan pada kakeknya.

Berada di ruangan utama mansion Hyuuga yang bergaya tradisional, Chiharu diharuskan duduk melipat kaki. Bantal pipih alas duduknya terlalu lebar untuknya. Dia tidak merasa nyaman.

Tata cara memberikan salam pada orang yang lebih tua sudah diajarkan Chinatsu padanya. Kakak laki-lakinya lebih berpengalaman menghadapi kakek mereka. Chinatsu sekarang duduk di kelas empat SD, ini adalah kunjungan tahun keempatnya setelah kunjungan-kunjungan kekeluargaan lain yang tak pernah dihitung karena tidak termasuk agenda rutin tahunan.

Setiap tahun saat kenaikan kelas, Hiashi mewajibkan cucu-cucunya datang untuk menyapanya. Menyapa dalam tradisi Hyuuga berarti duduk berhadapan dengan Hiashi dengan sikap tubuh yang baik, menunduk dan memberi salam sesuai tradisi.

"Chiharu-chan," panggil ibunya. "Ayo, beri salam pada Kakek."

Chiharu mengangguk dengan ragu. Mendadak, kepalanya kosong. Dia tidak ingat pelajaran yang diberikan Chinatsu seminggu belakangan ini.

"Chinatsu, bantu adikmu, ya?"

Anak laki-laki berusia sepuluh tahun itu bangun dari tempatnya, ia duduk melipat kaki tanpa alas duduk. Hanya ada tatami yang menahan beban tubuhnya di atas lantai. Chinatsu memulai dengan berdiri, kemudian membungkuk sejajar bahu, dilanjutkan dengan menegakkan leher dan dagu, kemudian perlahan-lahan merendahkan tubuhnya. Lengan kiri dilipat di bawah dada, lengan kanan lurus dan menekuk secara alami begitu ia berlutut. Kakinya digeser ke belakang, lalu kedua tangan bertumpukan di atas kepala saat ia bersujud. Setelah itu ia duduk dengan punggung lurus, dan mengucapkan salam.

"Ojii-sama, Chinatsu menyampaikan salam. Semoga keberkahan dewa-dewa senantiasa bersamamu."

Menilai dari ekspresi Hiashi, semua orang yang ada di sana yakin, ia puas dengan hasil binaan Hinata pada anak laki-lakinya. Pandangan Hiashi beralih pada cucu perempuannya yang mendadak kaku.

"A-aku juga, Ojii-sama."

"Sudahlah," kata Hiashi.

Saat mendegar suara kakeknya yang berkesan dingin, Chiharu merasakan sengatan di matanya. Hatinya terasa sakit, ia takut telah mengecewakan ibunya, membuat Chinatsu merasa telah sia-sia mengajarinya, dan membuat ayahnya terlihat buruk di mata kakeknya. Semua kecemasan ia tujukan pada keluarganya. Baginya, tidak apa-apa bila Kakek tidak suka padanya. Tapi jangan keluarganya.

Kimi to BokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang